Jumat, 09 Januari 2009

FILSAFAT ILMU: Epistemologi (Tugas Kuliah)

EPISTEMOLOGI

Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah

Oleh: Harmadi

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu manusia telah memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan tersebut merupakan pengalaman pribadi seseoarang atau sekelompok orang. Pengalaman-pengalaman itu ada yang berasal dari temuan diri sendiri, dan ada pula hasil temuan orang lain. Baik temuan diri sendiri maupun temuan orang lain tentu berkaitan dengan bagaimana cara seseorang atau kelompok itu menemukan pengetahuan itu. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera manusia tentu mengalami kelemahan, baik kelemahan pada alat indera maupun pada penarikan kesimpulan. Untuk itulah perlu adanya pemahaman tentang pengetahuan. Pemahaman tersebut dapat berupa ruang lingkup pengetahuan, bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, dan bagaimana pula untuk mendapatkan pengetahuan yang berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara-cara ilmiah tentu akan menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya dan bertahan cukup lama.

Sehubungan dengan itu dalam filsafat kita mengenal bagian-bagiannya, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membicarakan objek-objek apa yang menjadi pembicaraan suatu ilmu, epistemologi membicarakan bagaimana suatu ilmu didapat, sedangkan aksiologi bagaimana pemanfaatan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya epistemologi sebagai suatu ilmu yang membicarakan asal-usul dan cara mendapatkan pengetahuan, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai epistemologi.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah apa definisi, jenis, hakikat dan sumber pengetahuan, apa yang dimaksud dengan metode ilmiah, bagaimana struktur pengetahuan tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui ruang lingkup dan hakikat pengetahuan, dan untuk mengetahui metode ilmiah serta struktur pengetahuan ilmiah. Adapun manfaat tulisan ini sebagai penambahan wawasan khususnya diri penulis, kemudian juga kawan-kawan mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan.

2. PEMBAHASAN

A. Pengetahuan

1. Definisi dan Jenis Pengetahuan

Sebelum kita mengetahui definisi pengetahuan, ada baiknya kita artikan dulu epistemologi itu. Epistemologi berasal dari Yunani Kuno, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori.. Secara etimologi berarti teori pengetahuan. Menurut Langeveld (1961) dalam Uyoh Sadulloh (2003:30), epistemology membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasannya.

Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas, validitas dan hakekat pengetahuan. Definisi lain dikemukakan oleh Brameld dalam Mohammad Nursyam (1986:32) sebagai berikut: “it is epistemology that gives the teacher the assurance that he is conveying the truth to his student” artinya epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

.Dalam bahasa Inggris pengetahuan disebut knowledge, yang dalam pengertian fisafat adalah kepercayaan yang benar. Selain secara etimologi definisi pengetahuan juga dapat dilihat secara terminologi seperti yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006:85) bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui dan hasil pekerjaan tahu, yang merupakan hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Ada beberapa jenis pengetahuan. yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat dan pengetahuan agama. Pengetahuan biasa adalah pengeathuan kita sehari-hari, artinya seseorang menerima pengetahuan itu sesuai yang dia dapat., misalnya air dapar digunakan untuk mandi, makanan dapat dimakan dan mengenyangkan. Pengetahuan ilmu disebut juga science yaitu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari- hari dan dilanjutkan dengan pemikiaran secara teliti dan cermat dengan menggunakan langkah-langkah atau metode. Pengetahuan ilmu diperoleh dengan observasi, eksperimen dan klasifikasi dengan mengenyampingkan unsur prbadi, jadi betul-betul obyektif. Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang lebih menekankan pada keumuman dan kedalaman kajian tertentu. Filsafat memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga suatu ilmu akan menjadi longgar dan tidak kaku. Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusannya.

2. Hakikat Pengetahuan

Mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu sebetulnya merupakan pendapat kita tentang suatu objek atau benda, terlepas salah atau benar, sesuai atau tidak dengan kenyataan yang sebenarnya. Dalam tulisan ini akan dikemukakan pandangan tentang hakikat pengetahuan yaitu realisme dan idealisme.

Menurut pandangan realisme, pengetahuan adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan (Amsal Bakhtiar, 2006:38). Misalnya apabila kita melihat seekor binatang, maka yang ada sebetulnya bukan binatang dalam pikiran tetapi binatang itu yang sebenarnya, atau binatang itu tidak tergantung gagasan kita tentang dia tetapi tergantung pada binatang itu sendiri. Dengan demikian pengetahuan yang hanya dilihat secara subjektif akan dipengaruhi oleh keadaan disekelilingnya, untuk itu realisme menganjurkan berpandangan secara objektif dalam mendapatkan pengetahuan.

Sedangkan menurut pandangan idealisme, pengetahuan itu diperoleh dari proses-proses mental atau psikologis yang subjektif. Idealisme berpandangan bahwa apa yang diketahui tidak menggambarkan yang sebenarnya. Yaitu menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahuinya (subjek). Idealisme subjektif akan menimbulkan kebenaran yang relatif, karena setiap diri individu atau kelompok dapat menolak kebenaran universal. Idealisme mengenyampingkan objek karena menurutnya objek selalu berubah-ubah.

Dari dua pandangan itu ternyata untuk mendapatkan pengetahuan perlu pendekatan-pendekatan yang hati-hati. Untuk mendapatkan pengetahuan tersebut ada cara yang harus dilakukan agar kita tidak terjebak ke dalam pandangan realisme atau idealisme, karena kedua pandangan itu masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Posisi kita tidak memihak realisme dan juga tidak memihak idealisme. Selaku ilmuan kita berada pada posisi netral dengan mengedepankan unsur keilmiahan.

3. Sumber Pengetahuan

Ada empat cara pemerolehan pengetahuan atau sumber pengetahuan yaitu secara empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu..

Ø Empirisme

Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani yaitu empirikos yang artinya pengalaman. Aliran ini diprakarsai oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris yang mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman, artinya pengalaman inderawi. Jadi indera memperoleh kesan-kesan dari apa yang dilihat, kemudian kesan-kesan itu berkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman. John Locke sebagai pencetus teori tabularasa mengatakan bahwa manusia itu ibarat kertas kosong, ia akan berisi apabila mendapatkan pengetahuan. David Hume sebagai tokoh empirisme seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:100) mengemukakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengamatan yang menghasilkan kesan-kesan (Impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, misalnya merasakan dinginnya es. Sedangkan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.

Plato (murid Socrates) punya anggapan bahwa permasalahan mendasar pengetahuan inderawi ialah te3rletak pada perubahan objek indera, oleh sebab itu pengetahuan hendaknya bersifat universal, pasti dan diyakini, maka objeknya juga harus tetap konstan. Oleh karena itu pengetahuan inderawi bersifat keliru, berubah dan tidak bisa diyakini sedangkan pengetahuan hakiki yang berdasarkan akal dapat diyakini karena tetap dan konstan dan dapat diargumentrasikan. Menurutnya pengetahuan lain bersifat prasangka, hipotesa dan perkiraan belaka. Atas dasar inilah munculnya pemikiran untuk menggunakan akal dalam mendapatkan ilmu pengetahuan (Gita:2008)

Ø Rasionalisme

Menurut pandangan rasionalisme, akal adalah dasar kepastian pengetahuan, artinya pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan menggunakan akal. Sebetulnya pandangan rasionalisme bukan menolak empirisme, tetapi hanya meragukan penggunaan indera sebagai satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan. Descartes sebagai tokoh rasionalisme seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:104) mengemukakan bahwa akal diartikan sejenis perantara suatu teknik deduktif yang dengan teknik tersebut akan memperoleh kebenaran sehingga tersusunlah pengetahuan.

Ø Intuisi

Henry Bergson seperti dikutip oleh Amsal Bakhtiar (2006:107) mengemukakan bahwa intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman tingkat tinggi. Menurutnya intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi ini bersifat personal atau pribadi. Intuisi tidak dapat diandalkan untuk penyusunan pengetahuan secara teratur. Intuisi hanya dapat diperguanakan untuk menyusun hipotesis untuk melakukan analisis berikutnya dalam menentukan benar atau tidaknya pernyataan yang dikemukakan.

Dalam Agama Islam ada yang mirip intuisi yaitu ma’rifah yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran dan pengetahuan ini hanya diperoleh oleh orang-orang tertentu yaitu orang yang hatinya bersih, telah siap dan sanggup menerima pengetahuan tersebut. Jadi intuisi adalah pengetahuan yang diperoleh manusia diluar kemampuan akalnya.

Dengan berdasarkan dua pandangan inilah akhirnya muncul metode ilmiah atau pengetahuan sains. Artinya panca indera mengumpulkan data-data dan akal menyimpulkan berdasarkan prinsip-prinsip yang umum atau universal.

Ø Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia melalui perantaraan nabi. Pengetahuan dari wahyu ini mutlak dipercaya, sehingga jarang untuk diuji kembali. Kepercayaan dalam agama inilah merupakan titik tolak dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan dimulai dengan mengkaji melalui riset, pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

B. Metode Ilmiah

Suatu pengetahuan dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah bila didukung dua komponen yaitu konteks penemuan (context of discovery) dan konteks justifikasi (context of justification) yang memberikan justifikasi dalam penemuan tersebut (Jujun S. Suriasumantri,2007 dalam www.mediaindonesia.com). Dalam metode penemuan pengetahuan ilmiah yang didahulukan adalah konteks penemuan yang merupakan hasil induksi dari pengamatan. Konteks justifikasi diberikan kemudian, yaitu berupa deduksi dari pengetahuan yang ditemukan., yang selanjutnya diverifikasi secara empirik. Untuk mendapatkan temuan yang ilmiah maka langkah penemuan harus ilmiah atau menggunakan metode ilmiah.

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja pikiran. Dengan cara kerja inilah maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang dinamakan pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji sehingga pengetahuan tersebut dapat diandalkan..

Berikut ini adalah beberapa macam metode ilmiah di antaranya adalah yang dikemukakan oleh Amsal Bakhtiar (2006:152) sebagai berikut.

Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode sendiri dalam pengetahuan, di antaranya adalah:

1. Metode induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan- pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih dalam suatu pernyataan yang lebih umum (David Hume).

2. Metode deduktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu pernyataan yang runtut (Poper).

3. Metode positivisme adalah metode yang berpangkal dari apa yang telah diketahui., yang dfaktual, yang positif (August Comte).

4. Metode kontemplatif mengatakan adanmya kekerbatasan indera dan akakl manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda seharusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi (Al Ghazali).

5. Metode dialektis yaitu metode Tanya jawab (Socrates), metode dialektis adalah diskusi logika (Plato).

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mencari kebenaran suatu ilmu. Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuan. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypo-thetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah langkah tertentu seperti berikut ini.

a. Perumusan masalah,.

b.Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis.

c. Pengumpulan data-data atau fakta dan pengujian hipotesis.

d. Penarikan kesimpulan.

Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini (Susiasumantri)


Dari bagan itu dapat kita lihat bahwa perumusan masalah adalah pertama kali dilakukan. Dalam perumusan masalah ini perlu disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari variable-variabel penelitian sampai dengan definisi variabel tu sendiri.

Selanjutnya dengan proses deduksi maka dirumuskanlah hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara atau anggapan sementara yang belum tentu kebenarannya dan masih harus dibuktikan dengan pengambilan data di lapangan dan menganalisisnya. Setelah data diambil kemudian diolah dan dianalisis, selanjutnya menguji hipotesis. Hipotesis yang ditolak akan dikembalikan ke penyusunan kerangka berpikir. Sedangkan hipotesis yang diterima akan dijadikan referensi atau menjadi ilmu pengetahuan. Proses itulah yang disebut metode ilmiah atau metode penelitian ilmiah yang sampai sekarang masih digunakan dan dikembangkan guna menguak misteri alam jagat raya ini.

C. Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai sifat menjelaskan berbagai gejala alam sehingga akan memudahkan manusia memanfaatkan gejala alam tersebut bersdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada. Dengan adanya penjelasan tersebut akhirnya kita dapat meramalkan atau memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selain itu pula dengan ilmu itu kita akan dapat melakukan tindakan pengawasan atau pengontrolan terhadap apa yang kita lakukan berdasarkan ilmu tersebut.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan ilmiah itu mempunyai beberapa fungsi yaitu:

v Menjelaskan

v Meramalkan

v Mengontrol.

Dalam menjelaskan itu terdapat empat jenis pola penjelasan yaitu sebagai berikut.

* Deduktif

* Probabilistik

* Fungsional atau teleologis

* Genetik

Deduktif merupakan penjelasan dengan menggunakan cara berpikir deduktif dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.

Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif yang tidak memberikan kepastian tetapi memberikan peluang adanya kemungkinan, berkemungkinan besar, atau hampir dapat dipastikan, dan sebagainya. Sedangkan fungsional atau teleologis yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan system secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu. Genetik merupakan penjelasan dengan mempergunakan faktor-faktor tententu yang timbul sebelumnya untuk menjelaskan gejala yang muncul kemudian.

Pengetahuan ilmiah yang telah ditemukan dari pengujian hipotesis yang diterima tersebut menghasilkan teori-teori. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sejumlah disiplin keilmuan. Misalnya dalam ekonomi kita mengenal teori ekonomi makro, dalam fisika kita mengenal teori relativitas Einstein, dan sebagainya. Teori-teori dalam pengetahuan ilmiah bukanlah teori secara keseluruhan suatu ilmu tertentu, melainkan teori yang sebatas apa yang diketahui itu. Teori-teori yang sangat berkaitan umumnya kita temukan dalam ilmu-ilmu sosial, dimana antar satu teori akan berkaitan dengan teori yang lain.

Sebuah teori terdiri dari hukum dan prinsip.

Hukum merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu hubungan sebab akibat atau kausalitas. Misalnya hukum ekonomi yang membahas hubungan sebab akibat antara permintaan, penawaran dan harga. Dengan adanya hukum ini kita juga dapat meramalkan apa yang akan terjadi dan bagaimana mencegahnya serta mencari jalan keluar dari suatu masalah. Jadi ternyata pengetahuan ilmiah juga dapat mengungkap atau mencari tahu sebab suatu masalah terjadi dan mengetahui akibat apa yang akan ditimbulkan dari masalah itu.

Hukum yang ada dalam teori ini harus memikliki tingkat keumuman yang tinggi. Artinya berlaku umum dan bukan saja pada masa dan kelompok masyarakat tertentu saja, misalnya hukum ekonomi itu berlaku untu semua tempat dan pada waktu yang umum pula. Usaha yang dilakukan untuk mengembangkan tingkat keumuman agar lebih tinggi dilakukan dengan menyatukan teori yang tingkat keumumannya masih rendah dengan teori umum yang mampu mengikat keseluruhan teori-teori tersebut. Dengan demikian semakin tinggi tingkat keumumannya maka sebuah konsep tersebut semakin teoritis.

Namun teoritis saja dalam kenyataannya sulit untuk diterapkan, maka para ilmuan mengembangkan suatu konsep yang disebut konsep dasar dan konsep terapan atau ilmu dasar dan ilmu terapan.

Dalam teori pengetahuan dikenal pula prinsip yaitu sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gela-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. Dengan adanya prinsip ini maka tidak sukar bagi kita untuk mempelajari ilmu tersebut termasuk memperaktekkannya. Sebagai contoh adalah prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk mendapat hasil yang semaksimal mungkin. Prinsip-prinsip ini dapat dijadikan pegangan dalam melakukan praktek ilmu tersebut.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam teori terdapat hukum dan prinsip Kedua-duanya merupakan hal yang penting sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan ilmu tersebut.

Pengetahuan-pengetahuan ilmiah tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut, yaitu: pengamatan (mencamkan), sasaran (objek), dan kesadaran (jiwa) (Langeveld dalam Prasetya, 1997:111-112). Pengamatan ialah penggunaan indera lahir atau batin untuk menangkap objek. Pengamatan merupakan pengalaman. Sasararan adalah sesuatu yang menjadi bahan pengamatan. Sedangkan kesadaran adalah salah satu dari alam yang ada pada diri manusia baik alam bahwah sadar maupun alam sadar.

3. SIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu pengetahuan disebut ilmiah bila memenuhi tahap-tahap tertentu dalam mendapatkannya. Temuan tersebut dilakukan dengan indera atau pengalaman yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan akal pikiran. Hasil dari temuan itu menjadi khasanah ilmu pengetahuan yang berisi teori-teori yang bersifat teoritis atau praktis atau terapan.. Dalam teori tersebut terdapat hukum dan prinsip dengan unsure-unsur pengamatan, sasaran dan kesadaran. Dengan ilmu pengetahuan inilah kita dapat menjelaskan, meramalkan dan mengontrol ilmu tersebut.

Sebagai saran adalah sebagai berikut. Pertama, selaku orang terpelajar seperti mahasiswa, hendaknya bersikap ilmiah dalam memahami sesuatu atau mengeneralisasi suatu masalah atau temuan dalam kehidupan sehati-hari. Kedua, sudah sepantasnya kita dalam merumuskan kebijakan atau keputusan secara empirik dan rasional sehingga apa yang kita rumuskan betul- betul tepat sasaran. Ketiga, patut dipahami dan dilaksanakan bahwa sesuatu yang ada di dunia hanya milik Tuhan dan dialah yang maha tahu, manusia tidak akan dibiarkan dalam ketidaktahuan itu, Dia telah menunjuki jalan memalalui para Nabi. Keempat, mendekatkan diri kepada Tuhan adalah perlu, karena ada kalanya apa yang kita putuskan atau yang kita lakukan bukanlah semata hasil dari metode ilmiah, intuisi, atau petunjuk Tuhan melainkan godaan yang datangnya dari syaiton.

4. DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo,2006.

Gita, Epistemologi: Teori ilmu Pengetahuan, Bone: http://www.Istraq.Wordpress,2008.

Noorsyam, Mohammad, Filsafat Pendidikan,, Surabaya: Usaha Nasional 1986.

Prasetya, Filsafat pendidikan, Jakarta: Pustaka Setia, 2003.

Sadulloh, Uyoh, Pengantar Fisafat Pendidikan, Bandung: Alphabeta, 2003.

Suriasumantri, jujun S., Berpikir konseptual, nalar dan antisipasif Pustaka Setia, 2008.

---------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger