Minggu, 25 Desember 2011

Harmadi-derasid.blogspot.com

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Komparatif

Perbandingan Kurikulum

di Afrika Selatan dan Indonesia

( Revisi )

Disusun oleh

HARMADI

NIM. 20082013004

Kelas Sore A

Semester II (Genap) Tahun Akademik 2008/2009

Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pascasarjana

Universitas Sriwijaya

2009

Perbandingan Kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia

Oleh: Harmadi

1. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk menjadikan orang lain dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya guna kelangsungan dan kebermaknaan hidupnya. Dengan demikian pendidikan bukan hanya menjadi urusan pribadi seseorang melainkan berkaitan dengan sekelompok orang atau negara. Pendidikan yang dilakukan oleh suatu negara akan berhasil dengan baik apabila dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian serta pengembangan yang baik.

Salah satu usaha pengevaluasian atau pengembangan adalah dengan cara membandingkan pendidikan suatu negara dengan negara lainnya. Misalnya pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan pendidikan di negara lain, misalnya negara-negara ASEAN, Eropa, Amerika, atau Afrika atau negara-negara Asia lainnya. Yang dibandingkan dapat berupa sejarah, kebijakan, kurikulum, sistem pendidikan, dan sebagainya. Perbandingan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun suatu lembaga pemerintah atau non pemerintah. Melalui perbandingan ini diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran bagi pembangunan pendidikan terutama di Indonesia pada umumnya dan lembaga pendidikan pada khususnya..

Salah satu negara di Benua Afrika yang memiliki persamaan sejarah dengan Indonesia adalah Republik Afrika Selatan. Persamaannya adalah sama-sama pernah dijajah oleh Bangsa Eropa seperti Belanda dan Inggris. Bahkan sampai sekarang ini di terdapat tiga bangsa yang besar tinggal di negara itu, yaitu bangsa Afrika Selatan Asli, Afrikaner (Belanda) dan Inggris. Walaupun sudah merdeka dari Inggris pada tahun 1961, Afrika Selatan mengalami masa suram yaitu diberlakukannya politik Apartheid (1948-1994). Sebuah pengorbanan dan usaha yang besar dilakukan untuk merombak sistem pemerintahan termasuk pendidikan setelah tamatnya apartheid dari Afrika Selatan pada tahun 1994.

Penulis tertarik untuk membandingkannya dengan Indonesia dalam bidang pendidikan, karena selain memiliki sejarah yang hampir sama, juga sebagai negara yang sedang berkembang sudah tentu sebanding untuk diperbandingkan. Namun apakah latar belakang sejarah tersebut berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan di kedua negara tersebut, atau sejauh mana pendidikan yang berlangsung di kedua negara tersebut. Ini merupakan suatu kajian yang perlu di angkat ke permukaan. Penulis melihat perlu adanya suatu pengkajian untuk menguak pendidikan di kedua negara tersebut. Melalui pengkajian ini diharapkan akan muncul titik terang pelaksanaan pendidikan di Afrika Selatan dan Indonesia. Apakah ada persamaan atau perbedaan pelaksanaan pendidikan di kedua negara tersebut, atau mungkin sama sekali tidak ada persamaan, mengingat kedua negara tersebut di lihat dari etnik, budaya, agama yang berbeda, atau mungkin mengingat faktor-faktor lain yang tidak dapat diuraikan satu persatu.

Untuk mencari persamaan dan perbedaan pendidikan di kedua negara tersebut, maka sebaiknya dilakukan identifikasi terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Pembicaraan mengenai pendidikan bukanlah suatu pembicaraan yang sempit atau singkat, melainkan suatu pembicaraan yang panjang dan luas. Mudyahardjo (2001:3) mengartikan pendidikan sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dari pengertian di atas jelas bahwa pembicaraan tentang pendidikan berkaitan dengan individu yang mengalami pendidikan, lokasi atau tempat tinggalnya, tempat memperoleh pendidikan, dan sebagainya, berarti harus jelas yang mana yang harus dibandingkan. Untuk membandingkan pendidikan suatu negara dengan negara lain terlebih dahulu mengidentifikasi masalah pendidikan kedua negara tersebut, karena banyak sekali yang harus dibandingkan. Apakah jenjang pendidikan pendidikan, mata pelajaran, kurikulum, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Dengan melakukan identifikasi inilah usaha perbadingan akan berjalan dengan baik.

Salah satu unsur pendidikan yang dapat dikatakan sentral pendidikan adalah kurikulum. Penulis memandang kurikulum merupakan suatu pengkajian yang menarik. Melalui kurikulum yang baik diharapkan akan dapat menghantarkan peserta didik ke pencapaian kompetensi yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Penkajian kurikulum di bidang pendidikan di Afrika Selatan ini dilakukan mengingat penulis sendiri adalah sebagai seorang guru, diharapkan akan menjadi tambahan ilmu di bidang kependidikan. Di dalam kurikulum suatu jenjang pendidikan, terdapat mata pelajara-mata pelajaran yang dapat dijadikan bahan perbandingan pula. Inipun dapat dijadikan bahan perbandingan, apalagi mengingat penulis sebagai seorang guru yaitu guru Ilmu Pengetahuan Sosial (terpadu).

Manfaat dari penulisan ini diharapkan akan menjadi masukan bagi penulis serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan bahwa sejarah suatu bangsa sedikit atau banyak berpengaruh dalam pendidikan. Selain itu pula dengan adanya perbandingan pendidikan ini akan menjadi pembelajaran berharga bagi kita (selaku bangsa Indonesia) terutama dalam melihat kelemahan atau kekurangan yang ada di negara lain dan Indonesia guna penyempurnaan pendidikan di Indonesia.

B. Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah adalah sebagai berikut.

a. Apa persamaan dan perbedaan prinsip pengembangan kurikulum di Afrika

Selatan dan Indonesia.

b. Apa persamaan dan perbedaan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar

di Afrika Selatan dan Indonesia ?

c. Apakah ada persamaan dan perbedaan materi dalam mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di Afrika Selatan dan

Indonesia ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui:

1. Persamaan dan perbedaan prinsip pengembangan kurikulum di Afrika Selatan

dan Indonesia.

2. Persamaan dan perbedaan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar

di Afrika Selatan dan Indonesia ?

3. Persamaan dan perbedaan materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di Afrika Selatan dan Indonesia ?

2. Pembahasan

A. Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia

F Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan

Apabila dilihat dari segi waktu peluncuran kurikulum yang paling baru, tidak ada perbedaan yang begitu mencolok antara Afrika Selatan dan dan Indonesia. Afrika Selatan baru saja meluncurkan Curriculum 2005 (Kurikulum 2005) yang disebut National Curriculum Statement (NCS) sebagai kurikulum yang berlaku di negara tersebut. Kurikulum yang baru ini merupakan kurikulum revisi dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum sebelumnya merupakan kurikulum yang dihasilkan oleh pemerintahan lama semasa Apartheid. Kurikulum 2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Hampir bersamaan dengan Afrika Selatan, Indonesia pun meluncurkan Kurikulum 2004 yang disebut juga KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang dalam perkembangan selanjutnya dimunculkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau Kurikulum 2006. Baik kurikulum 2005 atau RNCS (Afrika Selatan) dan KTSP (Indonesia), kedua-duanya merupakan upaya menjadikan pendidikan di masing-masing negara agar lebih maju dan berkualitas.

Sehubungan dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan oleh kurikulum tersebut.

Curriculum 2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah Afrika Selatan dalam Website nya sebagai berikut :

The National Curriculum Statement (NCS) aims to develop the full potential of all learners as citizens of a democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate in society as a ctritical and active citizen.

(Artinya:bertujuan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai warga negara Afrika Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan menciptakan suatu peserta didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri yaitu melek huruf , melek angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan, dengan tanggap terhadap lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan sosial sebagai warga negara yang aktif dan kritis).

Kurikulum yang direvisi (RNCS) tidak banyak mengubah kurikulum 2005. Ada beberapa hal pokok yang mengalami perubahan yaitu melihat kembali struktur dan desain kurikulum 2005, orientasi guru, pengembangan dan pelatihan, bahan-bahan pendukung pembelajaran, dukungan provinsi terhadap guru-guru di sekolah dan implementasinya. Melalui kurikulum yang direvisi ini diharapkan akan mampu membangun visi dan nilai dari perundang-undangan dan kurikulum 2005.

Kurikulum yang direvisi (The Revised National Curriculum Statement) mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Sosial tranformation (transformasi sosial)

b. Outcomes based education (pendidikan berbasis lulusan)

c. High knowledge and high skills (pengetahuan dan keterampilan yang tinggi)

d. Intergration and applied competence (kompetensi yang dapat diterapkan dan

terintegrasi

e. Progression (meningkat/ maju)

f. Articulation and portability (berkesinambungan dan dapat dengan mudah)

g. Human right, inclusivity,environmental and social justice (hak azazi manusia,

menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial)

h. Valuing indigenous knowledge systems (Penilaian sistem pengetahuan murni )

i. Credibility, quality and effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)

Berikut ini adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip kurikulum di Afrika Selatan (Introducing The National Curriculum Statement)

a. Social transformation

The Constitution of the Republic of South Africa forms the basis for social transformation in our post-apartheid society. The imperative to transform South African society by making use of various transformative tools stems from a need to address the legacy of apartheid in all areas of human activity and in education in particular. Social transformation in education is aimed at ensuring that the educational imbalances of the past are redressed, and that equal educational opportunities are provided for all sections of our population. If social transformation is to be achieved, all South Africans have to be educationally affirmed through the recognition of their potential and the removal of artificial barriers to the attainment of qualifications.

b. Outcomes-based education

Outcomes-based education (OBE) forms the foundation for the curriculum in South Africa. It strives to enable all learners to reach their maximum learning potential by setting the Learning Outcomes to be achieved by the end of the education process. OBE encourages a learner-centred and activity-based approach to education. The National Curriculum Statement builds its Learning Outcomes for Grades 10 – 12 on the Critical and Developmental Outcomes that were inspired by the Constitution and developed through a democratic process. The Critical Outcomes require learners to be able to:

identify and solve problems and make decisions using critical and creative thinking;

work effectively with others as members of a team, group, organisation and community;

organise and manage themselves and their activities responsibly and effectively;

collect, analyse, organise and critically evaluate information;

communicate effectively using visual, symbolic and/or language skills in various modes;

use science and technology effectively and critically showing responsibility towards the environment and the health of others; and

demonstrate an understanding of the world as a set of related systems by recognising that problem solving contexts do not exist in isolation.

The Developmental Outcomes require learners to be able to:

reflect on and explore a variety of strategies to learn more effectively;

participate as responsible citizens in the life of local, national and global communities;

be culturally and aesthetically sensitive across a range of social contexts;

explore education and career opportunities; and

develop entrepreneurial opportunities.

c. High knowledge and high skills

The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to develop a high level of knowledge and skills in learners. It sets up high expectations of what all South African learners can achieve. Social justice requires the empowerment of those sections of the population previously disempowered by the lack of knowledge and skills. The National Curriculum Statement specifies the minimum standards of knowledge and skills to be achieved at each grade and sets high, achievable standards in all subjects.

d. Integration and applied competence

Integration is achieved within and across subjects and fields of learning. The integration of knowledge and skills across subjects and terrains of practice is crucial for achieving applied competence as defined in the National Qualifications Framework. Applied competence aims at integrating three discrete competences – namely, practical, foundational and reflective competences. In adopting integration and applied competence, the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to promote an integrated learning of theory, practice and reflection.

e. Progression

Progression refers to the process of developing more advanced and complex knowledge and skills. The Subject Statements show progression from one grade to another. Each Learning Outcome is followed by an explicit statement of what level of performance is expected for the outcome. Assessment Standards are arranged in a format that shows an increased level of expected performance per grade. The content and context of each grade will also show progression from simple to complex.

f. Articulation and portability

Articulation refers to the relationship between qualifications in different National Qualifications Framework levels or bands in ways that promote access from one qualification to another. This is especially important for qualifications falling within the same learning pathway. Given that the Further Education and Training band is nested between the General Education and Training and the Higher Education bands, it is vital that the Further Education and Training Certificate (General) articulates with the General Education and Training Certificate and with qualifications in similar learning pathways of Higher Education. In order to achieve this articulation, the development of each Subject Statement included a close scrutiny of the exit level expectations in the General Education and Training Learning Areas, and of the learning assumed to be in place at the entrance levels of cognate disciplines in Higher Education. Portability refers to the extent to which parts of a qualification (subjects or unit standards) are transferable to another qualification in a different learning pathway of the same National Qualifications Framework band. For purposes of enhancing the portability of subjects obtained in Grades 10 – 12, various mechanisms have been explored, for example, regarding a subject as a 20-credit unit standard. Subjects contained in the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) compare with appropriate unit standards registered on the National Qualifications Framework.

g. Human rights, inclusivity, environmental and social justice

The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to promote human rights, inclusitivity, environmental and social justice. All newly-developed Subject Statements are infused with the principles and practices of social and environmental justice and human rights as defined in the Constitution of the Republic of South Africa. In particular, the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) is sensitive to issues of diversity such as poverty, inequality, race, gender, language, age, disability and other factors. The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) adopts an inclusive approach by specifying minimum requirements for all learners. It acknowledges that all learners should be able to develop to their full potential provided they receive the necessary support. The intellectual, social, emotional, spiritual and physical needs of learners will be addressed through the design and development of appropriate Learning Programmes and through the use of appropriate assessment instruments.

h. Valuing indigenous knowledge systems

In the 1960s, the theory of multiple-intelligences forced educationists to recognise that there were many ways of processing information to make sense of the world, and that, if one were to define intelligence anew, one would have to take these different approaches into account. Up until then the Western world had only valued logical, mathematical and specific linguistic abilities, and rated people as ‘intelligent’ only if they were adept in

these ways. Now people recognise the wide diversity of knowledge systems through which people make sense of and attach meaning to the world in which they live. Indigenous knowledge systems in the South African context refer to a body of knowledge embedded in African philosophical thinking and social practices that have evolved over thousands of years. The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) has infused indigenous knowledge systems into the Subject Statements. It acknowledges the rich history and heritage of this country as important contributors to nurturing the values contained in the Constitution. As many different perspectives as possible have been included to assist problem solving in all fields.

i. Credibility, quality and efficiency

The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to achieve credibility through pursuing a transformational agenda and through providing an education that is comparable in quality, breadth and depth to those of other countries. Quality assurance is to be regulated by the requirements of the South African Qualifications Authority Act (Act 58 of 1995), the Education and Training Quality Assurance Regulations, and the General and Further Education and Training Quality Assurance Act (Act 58 of 2001).

F Prinsip Pengembangan Kurikulum di Indonesia

Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di Indonesia merupakan kurikulum revisi atas kurikulum sebelumnya. Perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah terletak pada pengembangannya. Kurikulum-kurikulum sebelumnya dikembangkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional. Namun pengembangannya lebih banyak dilakukan oleh pemerintah secara terpusat. Pengembangan KTSP lebih banyak dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan keinginan dan kebutuhan lembaga pendidikan masing-masing. Pemerintah hanya menetapkan standar isi yang meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar saja, sedangkan satuan pendidikan mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran dan penilaian dilakukan oleh satuan pendidikan.

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut ini.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya.

Menurut prinsip ini kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, msndiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Beragam dan terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenuis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial dan gender.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

Pengembanngan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasuional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Repbulik Indonesia.

Selain itu pelaksanaan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Pekasanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar yaitu:

· Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

· Belajar untuk memahami dan menghayati,

· Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

· Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

· Belajar untu membangun dan menemukan jati diri, mel;alui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan pendidik dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan prinsip Tut Wuri Handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.

5. Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan multi strategi, dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam takambang jadi guru.

6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas apabila dibandingkan maka prinsip pengembangan kurikulum kedua negara tersebut akan tampak sebagai berikut

Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan menurut RNCS

Prinsip Pengembangan Kurikulum di Indonesia menurut KTSP

a. Sosial tranformation (transformasi

sosial)

b. Outcomes based education (pendidikan

berbasis lulusan)

c. High knowledge and high skills

(pengetahuan dan keterampilan yang

tinggi)

d. Intergration and applied competence

(kompetensi yang dapat diterapkan dan

terintegrasi

e. Progression (meningkat/ maju)

f. Articulation and portability

(berkesinambungan dan dapat dengan

mudah)

g. Human right, inclusivity,environmental

and social justice (hak azazi manusia,

menyeluruh, lingkungan, dan keadilan

sosial)

h. Valuing indigenous knowledge systems

(Penilaian sistem pengetahuan murni )

i. Credibility, quality and effisiency (dapat

dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)

a. Berpusat pada potensi, perkembangan

kebutuhan dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

Apabila dilihat dari tabel di atas beserta uraian sebelumnya, secara umum adalah sama, yaitu mementingkan pengembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik dengan berlandaskan kemanusiaan, sosial, menyeluruh dan berkesinambungan melalui belajar berbasis aneka sumber sepanjang hayat guna kepentingan diri dan lingkungannya. Namun terdapat perbedaan seperti transformasi sosial yang diutamakan di Afrika Selatan Transformasi sosial ini menjadi lebih utama karena negara ini baru saja (1994) menghapus Apartheid. Selama Apartheid berlangsung terdapat diskriminasi bangsa berkulit putih dan yang berkulit hitam. Bangsa berkulit putih yang memimpin pemerintah memberklakukan bangsa kulit hitam sebagai warga kelas dua dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Akibat dari Apartheid ini banyak persoalan sosial yang harus dibenahi. Kesenjangan sosial yang selama ini terbentuk akibat Apartheid membuat pemerintah negara ini berusaha keras mengembalikannya ke dalam aslinya yaitu kehidupan yang damai, sejahtera, bersosialisasi, bersahabat, dan sebaginya. Inilah merupakan tugas yang diemban pemerintah beserta seluruh rakyatnya yang ditempuh salah satunya melalui pendidikan. Melalui pendidikan inilah terjadinya tranformasi sosial yang salama ini terbelenggu oleh Apartheid.

Sebagai gambaran pelaksanaan Apartheid di Afrika Selatan (tahun 1948 sampai 1994) dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Dipisahkannya tempat bersekolah bangsa berkulit putih dan berkulit hitam.

b. Adanya 14 kementerian yang berbeda sesuai dengan warna kulit dan suku

bangsa.

c. Adanya pemisahan tempat tinggal bangsa berkulit putih dan berkulit hitam.

d. Di balik itu semua terdapat kemunduran dan tatanan pendidikan dan sosial.

Jurang pendidikan kulit hitam dan kulit putih semakin melebar.

e. Bangsa kulit hitam berada di tahap paling bawah dan cukup hanya menjadi

pekerja buruh saja,

f. Selain itu rasio guru dan siswa untuk sekolah rendah setiap etnis berbeda. Kulit

putih adalah 1:18, sekolah Asia 1:24, sekolah kulit warna campuran 1:27, dan

kulit hitam adalah 1:39.

Di Indonesia tidak terdapat politik atau kebijakan Apartheid. Indonesia menganut kebersamaan, kegotong royongan dan sebagainya. Perbedaan lain dari pengembangan kurikulum itu ialah KTSP dikembangkan sebagian kecil oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sedangkan pengembangan secara besar dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan keadaan satuan pendidikan tersebut. Sedangkan pengembangan kurikulum NCS di Afrika Selatan itu sama seperti halnya di Indonesia yaitu dibuat secara terpusat oleh Departemen Pendidikan negara itu. Kurikulum tersebut dilaksanakan oleh masing-masing provinsi. Yang membedakannya adalah dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi melalui departemen pendidikan provinsi diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebijakan masing-masing provinsi. Kurikulum yang dikembangkan oleh provinsi disebut Provincial Curriculum. Pengembangan kurikulum ini disebut Curriculum Management. Di dalam suatu departemen pendidikan dari suatu provinsi terdapat suatu bagian yang disebut Curriculum Directorate. Bagian inilah yang bertugas melakukan pengembangan kurikulum untuk provinsi. Kewenangan departemen pendidikan provinsi lebih mengarah kepada praktis atau teknis, seperti pengembangan pembelajaran yang meliputi bahan ajar, penilaian dan sebagainya. Selain itu juga menyangkut kebijakan pendidikan, seperti kebijakan tentang assessment, diversity and inclusivity in education, school calendar, dan sebagainya. Suatu hal lain dengan Indonesia, untuk mengkoordinasikan kurikulum provinsi ini maka ada satu badan yang bertugas mengkoordinasikan terhadap penerapan kurikulum itu sehubungan dengan aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum itu, lembaga tersebut adalah PCCC (Provincial CVurriculum Co-ordinating Commitee).

Jadi persamaan dalam pengembangan kurikulum adalah sama-sama dibuat oleh pemerintah pusat melalui departemen pendidikan nasional, sedangkan perbedaannya adalah kalau di Indonesia kewenangan dalam pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh satuan pendidikan, bahkan kebijakan lain lebih diberi kebebasan kepada kabupaten karena di Indonesia diberlakukan otonomi daerah, sedangkan di Afrika Selatan lebih banyak dilakukan departemen pendidikan provinsi.

Salah satu yang dibuat oleh departemen pendidikan provinsi di Afrika Selatan adalah kalender pendidikan (school calendar). Kalender ini berisi minggu efektif dan hari efektif untuk belajar Selain itu departemen pendidikan provinsi juga membuat jadual pelaksanaan ujian (termasuk jadual ujian nasional), pembagian buku laporan pendidikan (rapot), jadual penutupan dan buka kembali sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian setiap propinsi akan berbeda kalender pendidikannya, bahkan provinsi-provinsi di pesisir Afrika Selatan akan berbeda dengan provinsi yang berada di daratan atau pedalaman. Namun secara umum di Afrika Selatan menggunakan sistem quarter dalam melakukan evaluasi akhir dan laporan pendidikan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem semester .Hal lain yang berbeda di Indonesia, secara umum jadwal ulangan semester memang dikembalikan ke provinsi atau satuan pendidikan masing-masing berdasarkan rambu-rambu yang diberikan departemen pendidikan nasional pusat, namun pelaksanaan ujian akhir seperti UN (Ujian Nasional) dijawalkan secara terpusat, bukan itu saja naskah soalnya pun dikonsep oleh pusat. Namun sayangnya penulis tidak dapat menemukan cara pengukuran keberhasilan pendidikan scara nasional di Afrika Selatan. Perbedaan dapat dipahami bahwa Indonesia menerapkan sistem otonomi daerah dalam pembangunan sedangkan di Afrika Selatan tidak.

B. Mata Pelajaran pada Jenjang Pendidikan Dasar di Afrika Selatan dan Indonesia

Sebelum membicarakan mata pelajaran-mata pelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan dasar, terlebih dahulu akan dibicarakan jenjabng pendidikan dan mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan tersebut.

Jenjang pendidikan formal di Afrika Selatan terdiri dari :

· General Education and Training (GET)

· Further Education and Training (FET)

· Higher Education and Training (HET)

Selain secara formal pendidikan di Afrika Selatan juga mengembangkan pendidikan usia dini yang disebut Early Chilhood Development, pendidikan untuk orang dewasa yang disebut Adult Basic Education and Training, dan pendidikan untuk peserta didik yang memiliki masalah khusus yang disebut Education of Learners with Special Education Needs.

General Education and Training (GET) merupakan jenjang pendidikan dasar. Jenjang pendidikan ini dimulai dari grade R sampai grade 9. Grade R disebut juga grade 0. Grade 1 sampai 6 disebut primary school, sedangkan grade 7 sampai 9 disebut Secondary School. Di Indonesia juga dimulai dari kelas 0 sampai kelas 9, atau sama dengan TK, SD dan SMP. Selain mengenal grade, di Afrika Selatan juga mengenal phase. Grade R sampai 3 disebut Foundation Phase, Grade 4 sampai 6 disebut Intermediate Phase, sedangkan grade 7 sampai 9 disebut Senior Phase dan grade 10 sampai 12 disebut advance phase. Adanya phase ini sebetulnya hanya untuk membedakan isi materi pelajaran dan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa saja.

Grade merupakan kelas dalam suatu sekolah di Afrika Selatan.

Further Education and Training (FET) merupakan jenjang pendidikan menengah. Jenjang ini dimulai dari grade 10 sampai grade 12 yang disebut Senior School atau disebut juga matric atau sama dengan SMA di Indonesia. Seorang siswa yang iningin melanjutkan ke perguruan tinggi terlebih dahulu harus lulus ujian matric yaitu ujian yang dilakukan secara nasional terhadap tiga mata pelajaran yang telah ditentukan.

Higher Education and Training (HET) adalah jenjang pendidikan tinggi yang berupa diploma, sarjana, pasca sarjana dan post doctoral. Di Indonesia lebih dikenal S0, S1, S2, S3 dan post doctoral.

Mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang sudah tentu berbeda baik nama maupun isi mata pelajaran tersebut. Pada jenjang GET mata pelajarannya terdiri dari delapan mata pelajaran yaitu seperti berikut ini.

1. Arts and Culture.

2. Economic and Management Sciences

3. Languages

4. Life Orientation.

5. Mathematics.

6. Natural Sciences.

7. Social Sciences.

8. Technology

Mata pelajaran pada jenjang FET adalah sebagai berikut.

1. Accounting. 15. Geography.

2. Agricultural Management Practices. 16. History.

3. Agricultural Sciences. 17. Hospitally Studies.

4. Agricultural Technology. 18. Information Technology.

5. Business Studies. 19. Languages.

6. Civil Technology. 20. Life Orientation.

7. Computer Applications Technology. 21. Life Sciences.

8. Consumer Studies. 22. Mathematical Literacy.

9. Dances Studies. 23. Mathematics.

10. Design. 24. Mechanical Technology.

11. Dramatic Arts. 25. Music.

12. Economics. 26. Physical Sciences.

13. Electrical Technology. 27. Religion Studies.

14. Engineering Graphics Design. 28. Tourism 29. Visual Arts.

Mata Pelajaran pada jenjang HET disesuaikan dengan program studi atau fakultas masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Dari uraian di atas ternyata terdapat perbedaan dan persamaan dengan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah antara Afrika Selatan dan Indonesia. Persamaannya adalah terdapat mata pelajaran pokok seperti bahasa , agama, ilmu alam, ilmu sosial, matematika, dan sebagainya. Namun terdapat perbedaan yang mencolok dengan Indonesia baik pada jenjang pendidikan dasar ataupun menengah. Penulis tidak dapat menemukan mata pelajaran khusus untuk SMA dan SMK di Afrika Selatan. Berkaitan dengan itu pula penulis tidak menemukan adanya jenis pendidikan SMK, yang ada hanya FET saja.

Khusus jenjang pendidikan dasar pada Grade R – 9 atau SD sampai SMP di Indonesia terdapat perbedaan pada mata pelajaran. Di Afrika Selatan terdapat 9 mata pelajaran, tetapi di Indonesia terdapat 10 mata pelajaran yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indoneisa, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan, dan mata pelajaran pilihan (keterampilan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi) serta Muatan Lokal.

Apabila dilihat lebih rinci khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia terdapat perbedaan dengan mata pelajaran IPS di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan mata pelajaran yang bercirikan pengetahuan sosial dibedakan menjadi Economic and Management Sciences dan Social Sciences. Mata pelajaran Social Sciences merupakan gabungan Georafi dan Sejarah. Sedangkan di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) yang merupakan gabungan dari Sosiologi, Georgrafi, Ekonomi, dan Sejarah. Perbedaan lain yang dapat kita temukan adalah adanya mata pelajaran Life Orientation dan Technology di Afrika Selatan sedangkan di Indonesia kedua mata pelajaran itu tidak ada.

Di dalam Revised National Curriculum Statement telah dinyatakan bahwa Social Sciences (SS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan penginterpretasian melalui sejarah dan geografi. Sedangkan Economic and Management Sciences (EMS) adalah mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen, konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan yang terdapat pada Revised National Curriculum Statement (RNCS) sebagai berikut.

Sosial Sciences (SS) Relationships between people, and between people, and between people and the environment, are studied as they vary over time and place. Six LOs focus on enquiry, knowledge and understanding, and interpretations or issues within history (Hist.) and geography (Geog).

Economic and Management Sciences (EMS) Learners study private, public or collective use of resources. Four LOs focus on the economic cycle, sustainable growth and development, and managerial, consumer, financial and entrepreneurial knowlwdge and skills.

Berdasarkan uraian di atas apabila dilihat dari segi isi, maka tidak terdapat perbedaan yang begitu mencolok antara mata pelajaran IPS Terpadu (Indonesia) dan Social Sciences dan Economic and Management Sciences (Afrika Selatan). Di dalam KTSP sudah dijelaskan arah mata pelajaran IPS Terpadu seperti berikut ini.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberiukan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs. Mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai..

Dari uraian di atas nampak dengan adanya pembedaan kedua mata pelajaran EMS dan SS dibandingkan IPS, bagi Afrika Selatan bertujuan untuk lebh mengkhususkan kompetensi, sehingga kompetensi yang dimiliki anak betul-betul terarah. Hal ini sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum negara itu yaitu outcome based education, high knowledge and high skills dan progression. Sedangkan IPS yang dikembangkan di Indonesia sesuai dengan keinginan yang terdapat dalam KTSP yaitu sebagai berikut.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran itu dirancang utnuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan anlisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Dari uraian ini jelas bahwa pengintegrasian empat bidang kajian yaitu sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah ke dalam IPS Terpadu tidak lain adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memandang suatu masalah atau peristiwa secara global dan bukan secara terpisah. Dengan demikian harapan pemerintah adalah apabila peserta didik telah menyelesaikan pendidikan SMP diharapkan memiliki wawasan global seiring dengan situasi dan kondisi yang ada khususnya di Indonesia yang terkenal dengan kemajemukan baik sumber daya alam, sumber daya manusia, etnis, dan sebagainya.

C. Perbandingan Materi Mata Pelajaran IPS di Indonesia (Kelas 7, 8, dan 9) dan

SS dan EMS di Afrika Selatan (Grade 7, 8 dan 9)

v Mata Pelajaran Economic and Management Scienses (EMS) memuat materi pelajaran seperti berikut ini.

Grade 7 :

1. Needs and Wants

2. Money and Spending Money Wisely

4. Utility (The usefullness of goods)

5. The Economy and Our Community.

6. Type of Work, Requirements for Specific Jobs, Responsibilities,

Rights, and Rewards of Working, Technology in the workplace.

7. Entrepeneurship (make something, sales and the bussiness plan)

8. Transport: Moving Things around, Work/jobs linked to transport related

Services, Transport as a bussiness oppurtunity, The Cost of Transport

Grade 8 :

1. Working better Together

2. Working Together in an economy

3. The Price

4. Balancing Supply and Demad

5. Counting The Costs, Establishing The Price

Grade 9:

1. The Flows of Money, Factors of Production, Goods and Services in The

Economic Cycle within the South Africa Economy.

2. The Role of The Foreign Sector in The Economic Cycle.

3. Supply and Demand Influences Prices.

4. The Influences and actions (Strikes and stayaway) of Trade Unions in

General and During The Apartheid era on: South Africa Economy,

Political Economy and Social Tranformation, and Labour Issues.

5. The Laws Affecting Basic Conditions of Employment and non

discrimination the workplace.

v Mata pelajaran Social Sciences (SS) berisi materi sebagai berikut.

Grade 7:

1. South Africa before European came.

2. History of Multicultural Process in South Africa

3. Afrikaaner and British

4. Types of earthface.

5. Map, atlas and globe

6. Atmosfer and hidrosfer

Grade 8:

1. Population and problems.

2. Sanitation, Health and Hygiene.

3. History of South Africa Independence

4. Goverment after Independence

Grade 9:

1. Flora and Fauna in South Africa. 3. Geography of Africa and Asia

2. Water and foresty 4. Sea and Land 5. Apartheid and

Consequence.

v Materi pelajaran yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) adalah sebagai berikut.

Kelas 7:

1. Keragaman bentuk muka bumi

2. Masa Pra Aksara di Indonesia

3. Interaksi Sosial

4. Manusia sebagai mahluk sosial dan ekonomi

5. Tindakan, motif dan prinsip ekonomi.

6. Peta, atlas dan globe.

7. Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa

Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Eropa serta peninggalannya.

8. Kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi)

Kelas 8:

1. Permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.

2. Bentuk hubungan sosial, pranata sosial dan penyimpangan sosial.

3. Ketenagakerjaan

4. Pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran.

Kelas 9:

1. Bentuk dan pola muka bumi

2. Unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara.

3. Perjuangan Indonesia merebut Irian Barat.

4. Peristiwa sekitar G30 S/PKI.

5. Perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional.

6. Uang dan Bank.

Berdasarkan uraian di atas ternyata terdapat persamaan dan perbedaan materi pelajaran baik EMS, SS dan IPS. Persamaannya adalah sama-sama memuat materi plajaran pokok pada kelas 7, 8, dan 9 seperti harga, permintaan dan penawaran, dan sebagainya. Artinya secara umum adalah sama. Apalagi mata pelajaran EMS, banyak kesamaan dengan IPS. Yang berbeda dalam mata pelajaran EMS, SS dan IPS adalah sebagai berikut

a. Materi pelajaran lebih ditekankan kepada unsur praktik dibandingkan teoritis

pada EMS dan SS.

b. Pendalaman materi yang lebih terarah kepada ketuntasan materi, bukan sekedar

tahu. Misalnya membahas masalah trtansportasi yang sampai ke perhitungan

biaya, untung, rugi dan seterusnya.

c. Mata pelajaran SS yang berbeda adalah pada sejarah yang tentu berbeda dengan

IPS karena kedua negara memiliki latar belakang sejarah yang berbeda.

C. KESIMPULAN

Pengembangan kurikulum yang dilakukan suatu negara dengan negara lain tidak akan sama. Perbedaan itu disebabkan latar belakang sejarah, budaya, politik, dan sebagainya yang berbeda. Pengembangan kurikulum di Afrika selatan lebih menekankan kepada aspek transformasi sosial, multikultural dan pendidikan yang berbasis lulusan. Lulusan pendidikan di Afrika Selatan diharapkan memiliki kompetensi yang tinggi sehingga dapat mengejar ketertinggalannya akibat Apartheid. Untuk itulah mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dari grade R sampai 12 lebih mengarah kepada bahasan yang aktual sehingga siswa akan mampu menghadapi tantangan global.

Pendidikan di Indonesia pun juga tidak jauh dari konsep yang dikembangkan dalam kurikulum di Afrika Selatan. Dengan program wajib belajar dan sebagainya Indonesia berupaya melakukan berbagai cara untuk mengejar ketinggalan dalam dunia pendidikan. Upaya yang dilakukan dengan memperbaiki kurikulum dengan harapan akan dapat menjadikan siswa dapat memperoleh pendidikan dan mampu bersaing di era globalisasi.

Apa yang dilakukan oleh Afrika Selatan dan Indonesia tidak luput dari latar belakang yang berbeda. Namun sebagai negara yang sama-sama pernah dijajah, ternyata apa yang dilakukan oleh penjajah adalah tidak selalu memberikan keuntungan bagi negara yang terjajah. Hanya suatu negara itulah yang tahu persis apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk kepentingan, kemakmuran dan kemajuan pendidikan bagi negara tersebut.

Perbedaan jenjang pendidikan, pengembangan kurikulum, dan mata pelajaran serta materi pelajaran di kedua negara itu memang ada namun perbedaan itu merupakan hasil dari suatu proses yang panjang yang merupakan yang terbaik bagi kedua negara itu. Persamaan-persamaan yang terdapat pada kedua negara dalam pengelolaan pendidikan merupakan persamaan yang wajar sebagai negara yang berkembang yang melakukan proses yang sama dan merupakan pengelolaan pendidikan yang standar. Perbandingan pendidikan dua negara atau lebih memiliki keuntungan, dengan cara itu maka kita dapat mengukur diri, dan membandingkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai negara lain dalam pendidikan. Dengan bercermin dengan negara lain maka akan tampak wajah pendidikan kita yang sesungguhnya di dunia internasional.

D. Sumber Bacaan

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006 Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: www.

Depdiknas.go.id.

Departement of Education. 2008. National Curriculum Statement. Pretoria:

www.education.gov.za.

Departement of Education. 2008. Curriculum. Pretoria: www. Thutong.za.

Harian Kompas. 2002. Setelah 10 Tahun Apartheid Terguling. Jakarta:

www.kompas.com

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

North-West University.2004.Education in South Africa. Pretoria:

www.kontaktuhan.org.

South Africa Government. 2008 Education. Pretoria: www.Info.gov.za.

Wikipedia. 1994. Pendidikan di Afrika Selatan. www.Ms.wikipedia.org.

Text Box: Lambang Negara Afrika SelatanText Box: Bendera Afrika Selatan

Text Box: Menteri Pendidikan Nasional Afrika Selatan  Naledi Pandor Text Box: Presiden Afrika Selatan  Mgalema Mothlante

Text Box: MAHASISWA DI AFRIKA SELATANText Box: SISWA SMP AFRIKA SELATAN

Text Box: Peta Afrika SelatanText Box: Peta Indonesia

Text Box: PETA AFRIKA SELATANText Box: PETA AFRIKA SELATAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger