Tugas Kuliah (harmadi-derasid.blogspot.com)
PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Oleh Harmadi
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Keberhasilan dalam suatu pembelajaran tidak hanya terletak pada guru dan siswa saja melainkan faktor-faktor lain yang mendukung. Faktor-faktor tersebut seperti sarana dan prasarana. Salah satu prasarana yang dapat mendukung pembelajaran itu ialah perpustakaan. Perpustakaan di suatu sekolah merupakan suatu hal yang tidak dapat dianggap mudah, karena dengan adanya perpustakaan inilah siswa dapat memperkaya pengetahuannya, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran maupun pengetahuan umum. Keberadaan perpustakaan di suatu sekolah sangat penting, sehingga menjadi suatu keharusan di setiap sekolah memiliki satu perpustakaan yang dikelola dengan baik.
Pengelolaan perpustakaan dan pengembangannya perlu menjadi suatu prioritas dalam suatu sekolah, mengingat perpustakaan merupakan sumber belajar yang sangat penting guna menunjang kegiatan pembelajaran. Sementara itu dalam kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar siswa dan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut guru untuk lebih aktif dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam mengembangkan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk itu pada setiap satuan unit sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang mampu berfungsi dengan baik.
Dalam keseharian menurut pengamatan penulis di beberapa sekolah yang penulis pernah lihat termasuk perpustakaan tempat penulis bertugas, beberapa perpustakaan sekolah belum dikelola secara maksimal dan belum ada pengembangannya. Persoalan yang nampak mulai dari petugas, ketersediaan koleksi, pengaturan ruangan, dan sebagainya.
Sehubungan dengan uraian di atas maka perlu dilakukan pengelolaan atau pengembangan perpustakaan yang dilakukan oleh sekolah sehingga perpustakaan tersebut dapat menjadi sumber belajar yang dapat bermanfaat bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
b. Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengembangkan perpustakaan sekolah sehingga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran ?
c. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari tulisan ini adalah ingin menguraikan cara mengembangkan perpustakaan agar dapat menjadi sumber belajar bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Manfaat tulisan ini adalah sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan tentang perpustakaan sebagai sumber belajar, selain itu pula untuk penambah wawasan bagi diri penulis dan pembaca sekalian tentang pentingnya pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar di sekolah.
2. Pembahasan
a. Pengertian dan Manfaat Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Secara sederhana pengertian perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi
sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Menurut Wiryokusumo dalam Darmono (2004) dengan memanfaatkan perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi untuk memecahkan berbagai masalah, sumber untuk menentukan kebijakan tertentu, serta berbagai hal yang sangat penting untuk keperluan belajar.
Jika ditilik dari pengertian tersebut, hakikat perpustakaan adalah pusat sumber belajar
dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula diartikan sebagai
tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku dihimpun dan diorganisasikan sebagai
media belajar siswa. Wafford dalam Darmono (2004) menterjemahkan perpustakaan
sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola, dan memberikan layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum. Lebih luas lagi pengertian perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik
secara fisik maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Melalui perpustakaan siswa dapat mendidik dirinya secara berkesinambungan.
Secara umum perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaanya dengan pertimbangan bahwa:
a. perpustakaan merupakan sumber belajar,
b. merupakan salah satu komponen sistem instruksional,
c. sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran,
d. sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan siswa dapat mempertajam dan
memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi.
Jika dikaitkan dengan pengertian sumber belajar, maka perpustakaan merupakan
salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah.
Mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh Association for Education
Communication Technology (AECT) maka pengertian sumber belajar adalah berbagai
sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunbakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Ditinjau dari segi pendayagunaan, AECT membedakan sumber belajar menjadi dua
macam yaitu:
a. sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar yang dirancang
tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, video dan sebagainya yang
memang dirancang untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran tertentu,
b. sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk membantu
mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat disekeliling kita dan jika suatu saat kita membutuhkan, maka kita tinggal memanfaatkannya. Contoh sumber belajar jenis ini adalah tokoh masyarakat, toko, pasar, museum (Sadiman dan kawan-kawan, 1989:141)
Mengacu pada definisi AECT tentang sumber belajar, maka sumber belajar jenis
pertama yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk membantu pencapaian tujuan
belajar perlu disimpan untuk didayagunakan secara maksimal. Penyimpanan berbagai
sumber belajar tadi ditempatkan dan diorganisasikan di perpustakaan. Dengan demikian maka perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan di lingkungan berbagai lembaga, termasuk sekolah guna membantu tercapainya setiap upaya pembelajaran.
b. Beberapa Permasalahan Umum Perpustakaan Sekolah
Sebenarnya yang paling hakiki dari perpustakaan adalah bagaimana menciptakan
kondisi di sekolah melalui perpustakaan agar dapat membantu warga sekolah dalam proses belajar mengajar. Lebih jauh diharapkan perpustakaan sekolah dapat menciptakan atmosfir sekolah yang kondusif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Melalui perpustakaan sekolah dapat mendorong tumbuhnya daya kreasi dan imajinasi anak melalui berbagai bacaan yang tersedia di perpustakaan. Untuk bisa menciptakan kondisi tersebut kelembagaaan perpustakaan sekolah haruslah dapat mendukung peran dan tugas yang harus
diembanggnya.
Secara umum kelembagaan perpustakaan sekolah masih mengalami kendala yang
disebabkan berbagai faktor sebagai berikut:
1. Belum dipikirkannya posisi pepustakaan sekolah sebagai unit yang strategis dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah.
2. Minimnya dana operasional pengelolaan dan pembinaan perpustakaan sekolah,
3. Terbatasnya sumber daya manusia, dan bahkan amat terbatasnya sumber daya
manusia yang mampu mengelola perpustakaan serta mengembangkannnya sebagai
sumber belajara bagi siswa dan guru,
4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah. Pada umumnya perpustakaan sekolah
Terdiri dari buku pelajaran yang merupakan droping dari pemerintah,
5. Minat baca siswa yang masih belum menggembirakan, walaupun pemerintah telah
mencanangkan berbagai program seperti bulan buku nasional, hari aksara, wakaf
buku dan sebagainya,
6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan masih kurang, bahkan
keberadaan perpustakaan hanya sebagai pelengkap,
7. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk dalam hal ini
Adalah ruang perpustakaan sekolah.
8. Belum adanya jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum,
9. Kegiatan belajar mengajar belum memanfaatkan perpustakaan secara maksimal
dalam arti guru “tidak terlalu sering” memberikan tugas-tugas kepada siswa yang
terkait dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah.
Untuk mengatasi masalah tersebut perpustakaan memang perlu mendapat perhatian.
Sekolah perlu melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dapat berjalan paling tidak sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Standar yang telah dikeluarkan oleh epartemen Pendidikan Nasional memang perlu dijadikan acuan. Namun itu semua perlu disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Ada beberapa cara mengatasi atau boleh dikatakan menyiasati dari kondisi yang
kurang mendukung. Misalnya masalah ruangan perpustakaan dan tenaga pengelola. Dengan segala keterbatasanya, banyak sekolah yang telah memiliki fasilitas ruang perpustakaan, namun juga banyak sekolah yang belum memiliki ruangan perpustakaan. Untuk mengatasi masalah belum adanya ruang perpustakaan, koleksi di pindahkan ke kelas yang mencerminkan kebutuhan kelas dan dibawah pengawasan wali kelas. Pada kondisi ini diperlukan kedisiplinan administrasi agar buku dapat dikontrol setiap saat. Siapa yang meminjam dan kapan harus kembali. Konsep perpustakaan kelas sudah diterapkan di beberapa sekolah yang tidak memiliki ruangan perpustakaan.
Masalah dana misalnya, dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama dengan
Komite Sekolah. Kita perlu mengadakan pendekatan dengan Komite Sekolah dan menyampaikan program-program sekolah termasuk didalamnya adalah program pengembangan perpustakaan. Perpustakaan perlu mendapat dukungan dana tetap dari Komite Sekolah sehingga koleksinya dapat ditambah setiap periode tertentu. Tanpa ada penyegaran koleksi perpustakaan menjadi kering dan
kurang menarik minat siswa untuk datang dan memanfaatkannya.
Beberapa pakar bidang perpustakaan mengatakan mendirikan perpustaakaan itu
mudah, tetapi untuk menjaga kelangsungnya diperlukan kerja serius dengan program yang jelas dan terarah. Karena dalam pelaksanannya banyak tantangan dan itu harus diatasi agar perpustakaan terus dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
c. Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Melihat fungsi perpustakaan yang demikian penting dan melihat kenyataan bahwa
pengelolaan perpustakaan sekolah belum berjalan dengan baik, untuk itu diperlukan srategi pengembangan perpustakaan sekolah dengan baik. Tentunya pengembangan perpustakaan sekolah harus berangkat dari inisiatif sekolah itu sendiri.
Adapun pengembangan perpustakaan sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Status organisasi, perlu ada pemantapam status organisasi atau kelembagaan
perpustakaan sekolah,
2. Pembiayaan, perlu adanya anggaran yang memadahi yang dapat digunakan untuk
operasional perpustakaan sekolah,
3. Gedung dan atau ruang perpustakaan, perlu ada ruangan yang representatif
Sehingga keberadaan perpustakaan sekolah mampu menunjang kegiatan
pembelajaran di sekolah.
4. Koleksi bahan pustaka, koleksi bahan pustaka perlu disesuaikan dengan kebutuhan
minimun sekolah yang mengacu pada kurikulum dan kegiatan ekstra kurikuler di
sekolah.
5. Peralatan dan perlengkapan, perlu disesuiakan dengan kebutuhan perpustakaan
sekolah sehingga perpustakaan dapat berjalan dengan baik
6. Tenaga perpustakaan, mempunyai kualifikasi yang memadahi untuk pengelolaan
perpustakaan sekolah.
7. Layanan perpustakaan, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jika mungkin ada
layanan diluar jam-jam belajar siswa, sehingga siswa dapat memanfaaatkan
perpustakaan dengan baik.
8. Promosi, erlu dilakukan dengan berbagai cara agar perpustakaan menarik bagi
siswa.
d. Peluang Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Dari berbagai jenis perpustakaan memang perpustakaan sekolah paling banyak
mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat perhatian.
Sebenarnya peluang untuk lebih memberdayakan perpustakaan telah terbuka.
Beberapa kondisi yang saat ini dapat mendukung pengembangan perpustakaan sekolah telah ada seperti:
1. Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan dasar pijakan kita dan memungkinkan semua lembaga pendidikan
formal didukung oleh sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan),
2. Adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
3. Pemberlakuan kurikulum Tahun 2006 (KTSP) yang menuntut guru untuk
mengembangkan indikator pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Untuk iu sekolah perlu didukung dengan perpustakaan secara memadai.
4. Adanya metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Dalam metode ini
siswa dituntut untuk mengembangkan, dan memperdalam sendiri materi yang telah
disampaikan oleh guru. Dalam kondisi ini maka peran perpustakaan sangat besar
untuk membantu siswa dalam memperkaya kasanah pengetahuannya,
5. Adanya kebijakan permerintah untuk menggalakkan minat baca dengan mengambil
even-even tertentu seperti tanggal 2 Mei sebagai hari Pendidikan Nasional dan
sekaligus sebagai even bulan buku, tanggal 14 September sebagai hari Aksara
Internasional, momentum ini sekaligus dimanfaatkan sebagai bulan gemar
Membaca dan hari kunjung perpustakaan, 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda
dan sekaligus bulan bahasa. Kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak l
langsung terkait dengan perpustakaan, momen ini sangat baik untuk kegiatan
promosi dan pemasyarakatan perpustakaan serta pengembangan minat baca siswa,
6. Kebijakan pemerintah/pemerintah daerah untuk memberikan subsidi buku baik
buku pelajaran maupun buku bacaan kepada setiap sekolah,
7. Tumbuhnya berbagai partisipasi masyarakat yang berkaitan dengan minat baca,
perbukuan, dan perpustakaan, seperti Gerakan Waqaf Buku, Kelompok Masyarakat
Pecinta Buku (KMPB), Klub Perpustakaan, dan Kelompok Pecinta Bacaan Anak.
Jika perpustakaan sekolah akan difungsikan sebagai penunjang proses belajar siswa,
maka perlu ada upaya untuk lebih mendayagunakan perpustakaan tersebut. Berikut ini
beberapa cara untuk lebih memberdayakan keberadaan perpustakaan di lingkungan
sekolah:
1. perlu upaya untuk menciptakan “penguatan kelembagaan” terhadap perpustakaan
sekolah,
2. perlunya diciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang
tersedia di perpustakaan,
3. perlu upaya melibatkan guru dalam pemilihan koleksi perpustakaan yang akan
dibeli, sehingga guru tahu koleksi yang demiliki perpustakaan,
4. promosi dan pemasyarakatan perpustakaan dengan mengambil even-even khusus
seperti pada hari peringatan nasional,
5. perlu diupayakan adanya jam belajar di perpustakaan, sehingga siswa terbiasa
memanfaatkan perpustakaan,
6. perlunya pemberian rangsangan kepada siswa agar termotivasi untuk memanfaatkan
perpustakaan, misalnya penghargaan terhadap siswa yang meminjam buku paling
banyak dalam kurun waktu tertentu.
e. Perpustakaan Sekolah Yang Ideal
Perpustakaan sekolah yang baik memang bersifat relatif, namun demikian bukan
berarti kriteria tersebut tidak bisa dirumuskan sama sekali. Sifat relatif ini disebabkan oleh
kondisi dari sekolah yang sangat beragam. Ada sekolah yang mempunyai sarana yang
lengkap sedangkan pada sisi lain masih ada sekolah yang sarana pendukungnya kurang
lengkap.
Berikut ini beberapa kriteria dari "perpustakaan sekolah yang ideal" yang dapat
berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara memadai.
1. adanya status kelembagaan yang kuat dari perpustakaan,
2. struktur oraganisasi perpustakaan jelas dan berjalan dengan baik,
3. memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan
penyinaranya cukup,
4. memiliki tempat baca yang memadai,
5. miliki perabot perpustakaan secara memadai,
6. partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif,
7. jenis koleksinya mencerminkan komposisi yang baik antara buku teks dengan buku
fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku-buku pengayaan, dan 30% buku fiksi
serta judul buku yang dimiliki bervariasi,
8. koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah,
9. memiliki tenaga pengelola dengan kompetensi yang memadai,
10. pengorganisasian koleksinya teratur,
11. didukung dengan teknologi informasi dan komunkasi
12. administrasi perpustakaanya tertib yang meliputi administrasi keanggotaan,
administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan
buku, statistik peminjaman,
13. memiliki sarana penelusuran informasi yang baik
14. memiliki peraturan perpustakaan,
15. memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah,
16. memiliki program keberaksaraan informasi (literasi infomasi)
17. memiliki program pengembangan minat membaca dikalangan siswa,
18. memiliki program mitra perpustakaan,
19. melakukan kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan,
20. kegiatan perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar,
21. memiliki anggaran perpustakaan secara tetap,
22. adanya kerjasama dengan sekolah lain,
23. pelayanannya menyenangkan,
24. ada jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dalam kurikulum..
Parameter di atas tentunya tidak bisa diterapkan disemua sekolah, karena masing-masing sekolah kondisinya tidak sama. Dengan parameter tersebut pihak sekolah dapat mengembangkan perpustakaan sekolah secara ideal.
f. Pengembangan Kebiasaan Membaca melalui Perpustakaan Sekolah
Untuk mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar perlu diciptakaan
atmosfir sekolah yang menunjang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah adanya pengembangan program kebiasaan membaca untuk menumbuhkan minat membaca siswa.
Diharapkan penyediaan sarana untuk peningkatan kegemaran membaca siswa akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan membaca. Keterampilan membaca dan dan kegemaran membaca memiliki hubungan yang saling mendukung. Upaya-upaya peningkatan minta membaca perlu dilakukan baik oleh guru dengan tujuan agar siswa mempunyai kemauan untuk melakukan kegiatan membaca sesering mungkin di luar kelas.
Pada lingkungan sekolah perpustakaan mempunyai peran yang sangat strategis dalam hal penyediaan fasilitas untuk meningktkan minat baca siswa. Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Dalam kaitan ini dapat kita simak teori rangsangan dan dorongan. Dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk
perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.
Memperhatikan asal dari dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa
minat dan kegemaran membaca itu timbul dalam diri anak maupun dari orang-orang lain di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini:
a. anak didik pada semua jenjang SD, SLTP, SLTA,
b. guru sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah,
c. sekolah dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang
pengkondisian tumbuhnya minat dan kegemaran membaca,
d. orang tua di rumah,
e. lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah,
f. lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan minat dan
kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca,
g. pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya
kegiatan bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional
pada setiap bulan September, hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada bulan
September, kegiatan tersebut bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dan
kegemaran membaca.
Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal,
sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan
merumuskan strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka dua model strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang didasarkan pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi eksternal.
Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran
membaca yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Dimensi edukatif pedagogik
Dimensi ini menekankan tindak-tindak motivasional apa yang dilakukan para guru di
kelas, untuk semua bidang studi yang akhirnya para siswa tertarik dan memiliki minat
terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Paradigma pengajaran saat ini adalah
berpusat pada anak didik, maka pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari
aktivitas belajar sehari-hari di kelas.
2. Dimensi sosio kultural
Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca siswa dapat digalakkan berdasarkan
hubungan-hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat.
Misalnya dalam masyarakat paternalistik, orang tua atau pemimpin selalu menjadi
panutan. Dalam hal ini jika yang dijadikan panutan memiliki minat baca maka dapat
diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak
akan memiliki sikap dan kegemaran membaca.
3. Dimensi perkembangan psikologis
Anak usia sekolah pada jenjang SD/SMP/SMU merupakan usia anak praremaja. Tahap pertengahan masa anak-anak didominasi dengan fungsi pengamatan, fungsi rasa ingin tahu yang cukup kuat. Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa. Pengamatan membaca yang jitu biasanya melalui ilustrasi gambar. Penalaran intelektual mudah dirangsang melalui diskripsi yang dikotomis, argumentasi yang menggugah.
Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran
membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Pada aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat. Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan meteri bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegemaran membaca
siswa melalui perpustakaan adalah:
a. Menyediakan bahan bacaan yang diminati siswa, yang sesuai dengan keragaman tingkat perkembangan anak.
b. Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa
melalui penataan yang bagus, dengan pelayanan yang ramah,
c. Membuat promosi dan kegiatan pengembangan minat dan kegemaran membaca dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah,
d. Memberikan tugas tambahan kepada siswa di luar kelas. Pemberian tugas tambahan ini tentunya berkaitan dengan terbatasnya jam pelajaran di dalam kelas. Oleh sebab itu guru sebaiknya senantiasa mendorong siswa untuk lebih banyak membaca di luar jam-jam sekolah (di rumah). Tugas membaca dapat dipantau dengan membuat laporan, resensi buku, atau membuat laporan garis besar isi buku yang telah dibacanya (sinopsis) dengan memanfaatkan bacaan yang tersedia di perpustakaan,
e. Tersedianya waktu bagi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan baik secara
perseorangan maupun klasikal yang sekaligus merupakan jam belajar di perpustakaan.
f. Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.
g. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari uraian yang serba ringkas tersebut dapat ditarik benang merah bahwa dalam
lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu didukung oleh sarana yang memadai, salah
satunya adalah perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mengemban beberapa fungsi yang amat vital. Fungsi perpustakaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa hal seperti pengembangan koleksi yang sesuai, organisasi dan penguatan kelembagaan perpustakaan, pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, serta program promosi dan pengembangan perpustakaan.
Keberadaan perpustakaan sekolah perlu ditangani secara baik dan memadai. Untuk
itu diperlukan kemauan dari berbagai pihak untuk mengembangkannya yaitu penentu
kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan).
Saran
Sebagai saran dalam tulisan ini adalah agar pihak sekolah dapat mendayagunakan perpustakaan semaksimal mungkin sehingga perpustakaan tersebut dapat menjadi salah satu sumber belajar di lingkungan sekolah yang berguna bagi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
h. Daftar Pustaka
Darmono, 2004. Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Cetakan ke-2.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Mudhoffir. 1986. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar.
Remadja Karya CV.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Republik Indonesia.Undang-undang R.I. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arif Sukadi, Sudjarwo dan Radikun. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan
Sumber Belajar. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar