Minggu, 25 Desember 2011

Tugas Kuliah (harmadi-derasid.blogspot.com)

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Oleh Harmadi

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Keberhasilan dalam suatu pembelajaran tidak hanya terletak pada guru dan siswa saja melainkan faktor-faktor lain yang mendukung. Faktor-faktor tersebut seperti sarana dan prasarana. Salah satu prasarana yang dapat mendukung pembelajaran itu ialah perpustakaan. Perpustakaan di suatu sekolah merupakan suatu hal yang tidak dapat dianggap mudah, karena dengan adanya perpustakaan inilah siswa dapat memperkaya pengetahuannya, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran maupun pengetahuan umum. Keberadaan perpustakaan di suatu sekolah sangat penting, sehingga menjadi suatu keharusan di setiap sekolah memiliki satu perpustakaan yang dikelola dengan baik.

Pengelolaan perpustakaan dan pengembangannya perlu menjadi suatu prioritas dalam suatu sekolah, mengingat perpustakaan merupakan sumber belajar yang sangat penting guna menunjang kegiatan pembelajaran. Sementara itu dalam kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar siswa dan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut guru untuk lebih aktif dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam mengembangkan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk itu pada setiap satuan unit sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang mampu berfungsi dengan baik.

Dalam keseharian menurut pengamatan penulis di beberapa sekolah yang penulis pernah lihat termasuk perpustakaan tempat penulis bertugas, beberapa perpustakaan sekolah belum dikelola secara maksimal dan belum ada pengembangannya. Persoalan yang nampak mulai dari petugas, ketersediaan koleksi, pengaturan ruangan, dan sebagainya.

Sehubungan dengan uraian di atas maka perlu dilakukan pengelolaan atau pengembangan perpustakaan yang dilakukan oleh sekolah sehingga perpustakaan tersebut dapat menjadi sumber belajar yang dapat bermanfaat bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.

b. Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengembangkan perpustakaan sekolah sehingga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran ?

c. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari tulisan ini adalah ingin menguraikan cara mengembangkan perpustakaan agar dapat menjadi sumber belajar bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.

Manfaat tulisan ini adalah sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan tentang perpustakaan sebagai sumber belajar, selain itu pula untuk penambah wawasan bagi diri penulis dan pembaca sekalian tentang pentingnya pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar di sekolah.

2. Pembahasan

a. Pengertian dan Manfaat Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

Secara sederhana pengertian perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi

sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Menurut Wiryokusumo dalam Darmono (2004) dengan memanfaatkan perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi untuk memecahkan berbagai masalah, sumber untuk menentukan kebijakan tertentu, serta berbagai hal yang sangat penting untuk keperluan belajar.

Jika ditilik dari pengertian tersebut, hakikat perpustakaan adalah pusat sumber belajar

dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula diartikan sebagai

tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku dihimpun dan diorganisasikan sebagai

media belajar siswa. Wafford dalam Darmono (2004) menterjemahkan perpustakaan

sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola, dan memberikan layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum. Lebih luas lagi pengertian perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah

memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik

secara fisik maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Melalui perpustakaan siswa dapat mendidik dirinya secara berkesinambungan.

Secara umum perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaanya dengan pertimbangan bahwa:

a. perpustakaan merupakan sumber belajar,

b. merupakan salah satu komponen sistem instruksional,

c. sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran,

d. sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan siswa dapat mempertajam dan

memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi.

Jika dikaitkan dengan pengertian sumber belajar, maka perpustakaan merupakan

salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah.

Mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh Association for Education

Communication Technology (AECT) maka pengertian sumber belajar adalah berbagai

sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunbakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Ditinjau dari segi pendayagunaan, AECT membedakan sumber belajar menjadi dua

macam yaitu:

a. sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar yang dirancang

tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, video dan sebagainya yang

memang dirancang untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran tertentu,

b. sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk membantu

mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat disekeliling kita dan jika suatu saat kita membutuhkan, maka kita tinggal memanfaatkannya. Contoh sumber belajar jenis ini adalah tokoh masyarakat, toko, pasar, museum (Sadiman dan kawan-kawan, 1989:141)

Mengacu pada definisi AECT tentang sumber belajar, maka sumber belajar jenis

pertama yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk membantu pencapaian tujuan

belajar perlu disimpan untuk didayagunakan secara maksimal. Penyimpanan berbagai

sumber belajar tadi ditempatkan dan diorganisasikan di perpustakaan. Dengan demikian maka perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan di lingkungan berbagai lembaga, termasuk sekolah guna membantu tercapainya setiap upaya pembelajaran.

b. Beberapa Permasalahan Umum Perpustakaan Sekolah

Sebenarnya yang paling hakiki dari perpustakaan adalah bagaimana menciptakan

kondisi di sekolah melalui perpustakaan agar dapat membantu warga sekolah dalam proses belajar mengajar. Lebih jauh diharapkan perpustakaan sekolah dapat menciptakan atmosfir sekolah yang kondusif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Melalui perpustakaan sekolah dapat mendorong tumbuhnya daya kreasi dan imajinasi anak melalui berbagai bacaan yang tersedia di perpustakaan. Untuk bisa menciptakan kondisi tersebut kelembagaaan perpustakaan sekolah haruslah dapat mendukung peran dan tugas yang harus

diembanggnya.

Secara umum kelembagaan perpustakaan sekolah masih mengalami kendala yang

disebabkan berbagai faktor sebagai berikut:

1. Belum dipikirkannya posisi pepustakaan sekolah sebagai unit yang strategis dalam

menunjang proses pembelajaran di sekolah.

2. Minimnya dana operasional pengelolaan dan pembinaan perpustakaan sekolah,

3. Terbatasnya sumber daya manusia, dan bahkan amat terbatasnya sumber daya

manusia yang mampu mengelola perpustakaan serta mengembangkannnya sebagai

sumber belajara bagi siswa dan guru,

4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah. Pada umumnya perpustakaan sekolah

Terdiri dari buku pelajaran yang merupakan droping dari pemerintah,

5. Minat baca siswa yang masih belum menggembirakan, walaupun pemerintah telah

mencanangkan berbagai program seperti bulan buku nasional, hari aksara, wakaf

buku dan sebagainya,

6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan masih kurang, bahkan

keberadaan perpustakaan hanya sebagai pelengkap,

7. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk dalam hal ini

Adalah ruang perpustakaan sekolah.

8. Belum adanya jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum,

9. Kegiatan belajar mengajar belum memanfaatkan perpustakaan secara maksimal

dalam arti guru “tidak terlalu sering” memberikan tugas-tugas kepada siswa yang

terkait dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah.

Untuk mengatasi masalah tersebut perpustakaan memang perlu mendapat perhatian.

Sekolah perlu melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dapat berjalan paling tidak sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Standar yang telah dikeluarkan oleh epartemen Pendidikan Nasional memang perlu dijadikan acuan. Namun itu semua perlu disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Ada beberapa cara mengatasi atau boleh dikatakan menyiasati dari kondisi yang

kurang mendukung. Misalnya masalah ruangan perpustakaan dan tenaga pengelola. Dengan segala keterbatasanya, banyak sekolah yang telah memiliki fasilitas ruang perpustakaan, namun juga banyak sekolah yang belum memiliki ruangan perpustakaan. Untuk mengatasi masalah belum adanya ruang perpustakaan, koleksi di pindahkan ke kelas yang mencerminkan kebutuhan kelas dan dibawah pengawasan wali kelas. Pada kondisi ini diperlukan kedisiplinan administrasi agar buku dapat dikontrol setiap saat. Siapa yang meminjam dan kapan harus kembali. Konsep perpustakaan kelas sudah diterapkan di beberapa sekolah yang tidak memiliki ruangan perpustakaan.

Masalah dana misalnya, dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama dengan

Komite Sekolah. Kita perlu mengadakan pendekatan dengan Komite Sekolah dan menyampaikan program-program sekolah termasuk didalamnya adalah program pengembangan perpustakaan. Perpustakaan perlu mendapat dukungan dana tetap dari Komite Sekolah sehingga koleksinya dapat ditambah setiap periode tertentu. Tanpa ada penyegaran koleksi perpustakaan menjadi kering dan

kurang menarik minat siswa untuk datang dan memanfaatkannya.

Beberapa pakar bidang perpustakaan mengatakan mendirikan perpustaakaan itu

mudah, tetapi untuk menjaga kelangsungnya diperlukan kerja serius dengan program yang jelas dan terarah. Karena dalam pelaksanannya banyak tantangan dan itu harus diatasi agar perpustakaan terus dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

c. Pengembangan Perpustakaan Sekolah

Melihat fungsi perpustakaan yang demikian penting dan melihat kenyataan bahwa

pengelolaan perpustakaan sekolah belum berjalan dengan baik, untuk itu diperlukan srategi pengembangan perpustakaan sekolah dengan baik. Tentunya pengembangan perpustakaan sekolah harus berangkat dari inisiatif sekolah itu sendiri.

Adapun pengembangan perpustakaan sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Status organisasi, perlu ada pemantapam status organisasi atau kelembagaan

perpustakaan sekolah,

2. Pembiayaan, perlu adanya anggaran yang memadahi yang dapat digunakan untuk

operasional perpustakaan sekolah,

3. Gedung dan atau ruang perpustakaan, perlu ada ruangan yang representatif

Sehingga keberadaan perpustakaan sekolah mampu menunjang kegiatan

pembelajaran di sekolah.

4. Koleksi bahan pustaka, koleksi bahan pustaka perlu disesuaikan dengan kebutuhan

minimun sekolah yang mengacu pada kurikulum dan kegiatan ekstra kurikuler di

sekolah.

5. Peralatan dan perlengkapan, perlu disesuiakan dengan kebutuhan perpustakaan

sekolah sehingga perpustakaan dapat berjalan dengan baik

6. Tenaga perpustakaan, mempunyai kualifikasi yang memadahi untuk pengelolaan

perpustakaan sekolah.

7. Layanan perpustakaan, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jika mungkin ada

layanan diluar jam-jam belajar siswa, sehingga siswa dapat memanfaaatkan

perpustakaan dengan baik.

8. Promosi, erlu dilakukan dengan berbagai cara agar perpustakaan menarik bagi

siswa.

d. Peluang Pengembangan Perpustakaan Sekolah

Dari berbagai jenis perpustakaan memang perpustakaan sekolah paling banyak

mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat perhatian.

Sebenarnya peluang untuk lebih memberdayakan perpustakaan telah terbuka.

Beberapa kondisi yang saat ini dapat mendukung pengembangan perpustakaan sekolah telah ada seperti:

1. Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang

merupakan dasar pijakan kita dan memungkinkan semua lembaga pendidikan

formal didukung oleh sarana dan prasarana (termasuk perpustakaan),

2. Adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

3. Pemberlakuan kurikulum Tahun 2006 (KTSP) yang menuntut guru untuk

mengembangkan indikator pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Untuk iu sekolah perlu didukung dengan perpustakaan secara memadai.

4. Adanya metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Dalam metode ini

siswa dituntut untuk mengembangkan, dan memperdalam sendiri materi yang telah

disampaikan oleh guru. Dalam kondisi ini maka peran perpustakaan sangat besar

untuk membantu siswa dalam memperkaya kasanah pengetahuannya,

5. Adanya kebijakan permerintah untuk menggalakkan minat baca dengan mengambil

even-even tertentu seperti tanggal 2 Mei sebagai hari Pendidikan Nasional dan

sekaligus sebagai even bulan buku, tanggal 14 September sebagai hari Aksara

Internasional, momentum ini sekaligus dimanfaatkan sebagai bulan gemar

Membaca dan hari kunjung perpustakaan, 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda

dan sekaligus bulan bahasa. Kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak l

langsung terkait dengan perpustakaan, momen ini sangat baik untuk kegiatan

promosi dan pemasyarakatan perpustakaan serta pengembangan minat baca siswa,

6. Kebijakan pemerintah/pemerintah daerah untuk memberikan subsidi buku baik

buku pelajaran maupun buku bacaan kepada setiap sekolah,

7. Tumbuhnya berbagai partisipasi masyarakat yang berkaitan dengan minat baca,

perbukuan, dan perpustakaan, seperti Gerakan Waqaf Buku, Kelompok Masyarakat

Pecinta Buku (KMPB), Klub Perpustakaan, dan Kelompok Pecinta Bacaan Anak.

Jika perpustakaan sekolah akan difungsikan sebagai penunjang proses belajar siswa,

maka perlu ada upaya untuk lebih mendayagunakan perpustakaan tersebut. Berikut ini

beberapa cara untuk lebih memberdayakan keberadaan perpustakaan di lingkungan

sekolah:

1. perlu upaya untuk menciptakan “penguatan kelembagaan” terhadap perpustakaan

sekolah,

2. perlunya diciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang

tersedia di perpustakaan,

3. perlu upaya melibatkan guru dalam pemilihan koleksi perpustakaan yang akan

dibeli, sehingga guru tahu koleksi yang demiliki perpustakaan,

4. promosi dan pemasyarakatan perpustakaan dengan mengambil even-even khusus

seperti pada hari peringatan nasional,

5. perlu diupayakan adanya jam belajar di perpustakaan, sehingga siswa terbiasa

memanfaatkan perpustakaan,

6. perlunya pemberian rangsangan kepada siswa agar termotivasi untuk memanfaatkan

perpustakaan, misalnya penghargaan terhadap siswa yang meminjam buku paling

banyak dalam kurun waktu tertentu.

e. Perpustakaan Sekolah Yang Ideal

Perpustakaan sekolah yang baik memang bersifat relatif, namun demikian bukan

berarti kriteria tersebut tidak bisa dirumuskan sama sekali. Sifat relatif ini disebabkan oleh

kondisi dari sekolah yang sangat beragam. Ada sekolah yang mempunyai sarana yang

lengkap sedangkan pada sisi lain masih ada sekolah yang sarana pendukungnya kurang

lengkap.

Berikut ini beberapa kriteria dari "perpustakaan sekolah yang ideal" yang dapat

berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara memadai.

1. adanya status kelembagaan yang kuat dari perpustakaan,

2. struktur oraganisasi perpustakaan jelas dan berjalan dengan baik,

3. memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan

penyinaranya cukup,

4. memiliki tempat baca yang memadai,

5. miliki perabot perpustakaan secara memadai,

6. partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif,

7. jenis koleksinya mencerminkan komposisi yang baik antara buku teks dengan buku

fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku-buku pengayaan, dan 30% buku fiksi

serta judul buku yang dimiliki bervariasi,

8. koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah,

9. memiliki tenaga pengelola dengan kompetensi yang memadai,

10. pengorganisasian koleksinya teratur,

11. didukung dengan teknologi informasi dan komunkasi

12. administrasi perpustakaanya tertib yang meliputi administrasi keanggotaan,

administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan

buku, statistik peminjaman,

13. memiliki sarana penelusuran informasi yang baik

14. memiliki peraturan perpustakaan,

15. memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah,

16. memiliki program keberaksaraan informasi (literasi infomasi)

17. memiliki program pengembangan minat membaca dikalangan siswa,

18. memiliki program mitra perpustakaan,

19. melakukan kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan,

20. kegiatan perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar,

21. memiliki anggaran perpustakaan secara tetap,

22. adanya kerjasama dengan sekolah lain,

23. pelayanannya menyenangkan,

24. ada jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dalam kurikulum..

Parameter di atas tentunya tidak bisa diterapkan disemua sekolah, karena masing-masing sekolah kondisinya tidak sama. Dengan parameter tersebut pihak sekolah dapat mengembangkan perpustakaan sekolah secara ideal.

f. Pengembangan Kebiasaan Membaca melalui Perpustakaan Sekolah

Untuk mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar perlu diciptakaan

atmosfir sekolah yang menunjang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah adanya pengembangan program kebiasaan membaca untuk menumbuhkan minat membaca siswa.

Diharapkan penyediaan sarana untuk peningkatan kegemaran membaca siswa akan

berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan membaca. Keterampilan membaca dan dan kegemaran membaca memiliki hubungan yang saling mendukung. Upaya-upaya peningkatan minta membaca perlu dilakukan baik oleh guru dengan tujuan agar siswa mempunyai kemauan untuk melakukan kegiatan membaca sesering mungkin di luar kelas.

Pada lingkungan sekolah perpustakaan mempunyai peran yang sangat strategis dalam hal penyediaan fasilitas untuk meningktkan minat baca siswa. Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Dalam kaitan ini dapat kita simak teori rangsangan dan dorongan. Dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk

perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.

Memperhatikan asal dari dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa

minat dan kegemaran membaca itu timbul dalam diri anak maupun dari orang-orang lain di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini:

a. anak didik pada semua jenjang SD, SLTP, SLTA,

b. guru sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah,

c. sekolah dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang

pengkondisian tumbuhnya minat dan kegemaran membaca,

d. orang tua di rumah,

e. lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah,

f. lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan minat dan

kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca,

g. pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya

kegiatan bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional

pada setiap bulan September, hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada bulan

September, kegiatan tersebut bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dan

kegemaran membaca.

Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal,

sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan

merumuskan strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka dua model strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang didasarkan pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi eksternal.

Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran

membaca yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Dimensi edukatif pedagogik

Dimensi ini menekankan tindak-tindak motivasional apa yang dilakukan para guru di

kelas, untuk semua bidang studi yang akhirnya para siswa tertarik dan memiliki minat

terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Paradigma pengajaran saat ini adalah

berpusat pada anak didik, maka pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari

aktivitas belajar sehari-hari di kelas.

2. Dimensi sosio kultural

Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca siswa dapat digalakkan berdasarkan

hubungan-hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat.

Misalnya dalam masyarakat paternalistik, orang tua atau pemimpin selalu menjadi

panutan. Dalam hal ini jika yang dijadikan panutan memiliki minat baca maka dapat

diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak

akan memiliki sikap dan kegemaran membaca.

3. Dimensi perkembangan psikologis

Anak usia sekolah pada jenjang SD/SMP/SMU merupakan usia anak praremaja. Tahap pertengahan masa anak-anak didominasi dengan fungsi pengamatan, fungsi rasa ingin tahu yang cukup kuat. Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa. Pengamatan membaca yang jitu biasanya melalui ilustrasi gambar. Penalaran intelektual mudah dirangsang melalui diskripsi yang dikotomis, argumentasi yang menggugah.

Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran

membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Pada aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat. Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan meteri bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegemaran membaca

siswa melalui perpustakaan adalah:

a. Menyediakan bahan bacaan yang diminati siswa, yang sesuai dengan keragaman tingkat perkembangan anak.

b. Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa

melalui penataan yang bagus, dengan pelayanan yang ramah,

c. Membuat promosi dan kegiatan pengembangan minat dan kegemaran membaca dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah,

d. Memberikan tugas tambahan kepada siswa di luar kelas. Pemberian tugas tambahan ini tentunya berkaitan dengan terbatasnya jam pelajaran di dalam kelas. Oleh sebab itu guru sebaiknya senantiasa mendorong siswa untuk lebih banyak membaca di luar jam-jam sekolah (di rumah). Tugas membaca dapat dipantau dengan membuat laporan, resensi buku, atau membuat laporan garis besar isi buku yang telah dibacanya (sinopsis) dengan memanfaatkan bacaan yang tersedia di perpustakaan,

e. Tersedianya waktu bagi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan baik secara

perseorangan maupun klasikal yang sekaligus merupakan jam belajar di perpustakaan.

f. Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.

g. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari uraian yang serba ringkas tersebut dapat ditarik benang merah bahwa dalam

lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu didukung oleh sarana yang memadai, salah

satunya adalah perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mengemban beberapa fungsi yang amat vital. Fungsi perpustakaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa hal seperti pengembangan koleksi yang sesuai, organisasi dan penguatan kelembagaan perpustakaan, pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, serta program promosi dan pengembangan perpustakaan.

Keberadaan perpustakaan sekolah perlu ditangani secara baik dan memadai. Untuk

itu diperlukan kemauan dari berbagai pihak untuk mengembangkannya yaitu penentu

kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan).

Saran

Sebagai saran dalam tulisan ini adalah agar pihak sekolah dapat mendayagunakan perpustakaan semaksimal mungkin sehingga perpustakaan tersebut dapat menjadi salah satu sumber belajar di lingkungan sekolah yang berguna bagi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

h. Daftar Pustaka

Darmono, 2004. Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Cetakan ke-2.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Mudhoffir. 1986. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung:

Remadja Karya CV.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan.

Republik Indonesia.Undang-undang R.I. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Sadiman, Arif Sukadi, Sudjarwo dan Radikun. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan

Sumber Belajar. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger