Minggu, 25 Desember 2011

tugas kuliah (harmadi-derasid.blogspot.com)

Model-Model Evaluasi Kurikulum

Oleh Harmadi

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Posisi kurikulum dalam sistem pendidikan merupakan posisi yang strategis. Posisi kurikulum begitu penting dalam suatu proses pendidikan. Toffler dalam Tirtarahardja dan La Sulo (2005:59-60) memandang kurikulum sebagai suatu masukan alat (instrumental input). Peranan kurikulum dalam proses tersebut adalah sebagai salah satu komponen yang ikut berperan menentukan keberhasilan pendidikan. Dengan adanya kurikulum diharapkan proses pendidikan dapat berjalan lancar sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. Kedudukan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005:60).

Down Arrow Callout: RAW INPUT Down Arrow Callout: PROSES Oval: OUTPUT

Down Arrow Callout: ENVIRONMENT INPUT


Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa kurikulum termasuk salah satu komponen penentu keberhasilan pendidikan. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah gambar yang menjelaskan kedudukan kurikulum di antara komponen-komponen lain dalam pendidikan. Posisi kurikulum di antara komponen-kompoenen dalam pendidikan nampak sebagai berikut (Sukmadinata, 2005:3).

- - - - - - - lingkungan- - - - - - - - - -


Kurikulum

Isi Tujuan

Proses Evaluasi Pendidikan

Peserta Didik


Alam-Sosial-Budaya-politik-ekonomi-Religi

Gambar tersebut memberikan penjelasan bahwa kurikulum menduduki posisi penting yang berfungsi sebagai penghantar isi, proses dan evaluasi menuju tercapainya tujuan pendidikan. Kedudukan kurikulum yang begitu penting hendaknya dibarengi dengan usaha meningkatkan kualitas kurikulum tersebut. Upaya peningkatan kualitas kurikulum agar lebih bermakna atau sesuai dengan situasi dan kondisi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pengembangan kurikulum, revisi kurikulum, evaluasi kurikulum dan sebagainya. Pengembangan kurikulum merupakan suatu upaya untuk menjadikan suatu kurikulum dapat lebih diimplementasikan ke dalam pembelajaran. Sedangkan revisi kurikulum merupakan suatu upaya menjadikan kurikulum agar dapat lebih bermakna dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, baik kondisi sosial, budaya, dan sebagainya. Evaluasi kurikulum merupakan suatu evaluasi yang dilakukan terhadap suatu kurikulum yang berlaku atau yang sedang dijalankan. Ketiga usaha ini merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas kurikulum agar dapat mudah diimplementasikan dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang.

Dari uraian di atas nampak bahwa evaluasi kurikulum perlu dibicarakan lebih lanjut, mengingat kegiatan evaluasi kurikulum ini menyangkut keberhasilan atau kegagalan suatu kurikulum. Dalam skala nasional evaluasi kurikulum nampak tidak begitu terdengar. Yang kita dengar dan kita hadapi adalah pergantian kurikulum atau penyempurnaan kurikulum. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi perubahan atau revisi kurikulum tersebut ? Melihat persoalan ini nampaknya perlu pengkajian evaluasi kurikulum lebih mendalam sehingga dapat ditemukan apa sebenarnya yang dilakukan di dalam evaluasi kurikulum tersebut atau mungkin saja kita tidak mengetahui sebenarnya evaluasi kurikulum itu sudah dilaksanakan baik skala nasional atau daerah bahkan satuan pendidikan.

Pembicaraan mengenai evaluasi kurikulum bukanlah suatu pembicaraan yang singkat. Beberapa permasalahan dapat diidentifikasi seperti pengertian evaluasi kurikulum, peranan evaluasi kurikulum, dan model-model evaluasi kurikulum. Model-model evaluasi kurikulum perlu mendapat pembahasan tersendiri karena dengan memahami model-model evaluasi kurikulum diharapkan akan mempermudah pihak pengevaluasi melakukan tugasnya. Pengevaluasi (evaluator) dapat memilih model mana yang dikehendaki sesuai dengan keinginan dan tujuan yang telah ditetapkan semula. Melalui pengkajian ini diharapkan agar ada kejelasan mengenai model-model evaluasi kurikulum itu sebenarnya.

2. Rumusah Masalah

Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah: apa sajakah model-model evaluasi kurikulum ?

3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui model-model evaluasi kurikulum.

4. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah

  1. untuk menambah wawasan berfikir, bersikap dan berprilaku ilmiah dalam bidang kependidikan pada umunya.
  2. untuk menambah wawasan ilmu kependidikan khususnya model-model evaluasi kurikulum.

5. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan sistematika pembahasan agar lebih mudah dalam menyusun kerangka pikir baik penulis maupun pembaca.

  1. Pengertian Evaluasi Kurikulum.
  2. Tujuan Evaluasi Kurikulum.
  3. Model-model evaluasi kurikulum

B. PEMBAHASAN

1.Pengertian Evaluasi Kurikulum

Sebelum membahas pengertian evaluasi kurikulum ada baiknya membahas pengertian kurikulum terlebih dahulu. Stenhouse dalam David Scott (2001:12) mendefinisikan kurikulum sebagai berikut: ”A curriculum is an attempt to communicate the essential principles and features of an educational propose in such a form that it is open to critical scrutiny and capable of effective translation into practice”. Menurutnya kurikulum merupakan suatu komunikasi atas prinsip-prisip dasar serta keutamaan dari tujuan pendidikan dalam suatu bentuk keterbukaan. Hilda Taba dalam Nasution (2003:7) mengemukakan bahwa pada hakekatnya suatu kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Dari dua pendapat ini terlihat bahwa kurikulum merupakan suatu cara atau rencana agar terciptanya kondisi belajar yang pada akhirnya tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dari dua pendapat di atas ternyata kurikulum memiliki pengertian yang begitu luas. Kelly (2004:2) berpendapat seperti berikut ini.

From much of what follows in this book it will be clear that the term ‘curriculum’ can be, and is, used, for many different kinds of programme of teaching and instruction. Indeed, as we shall see, quite often thus leads to a limited concept of the curriculum, defined interms of what teaching and instruction is to be offered and sometimes also what its purposes, its objectives, are. Hence we see statements of the curriculum for the teaching of the most basic courses in many different contexts. And we shall also see that much of the advice which has been offered for curriculum planning is effevtive only at the most simplistic levels, for teaching of a largely unsophisticated and usually unproblematic kind.

Apa yang dikemukakan oleh Kelly dapat menambah wawasan kita bahwa kurikulum begitu luas tidak saja menyangkut guru dan siswa saja, tetapi lebih luas menyangkut manajemen. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut sebetulnya kurikulum dapat dibedakan menjadi beberapa sudut pandang. Ada yang disebut kurikulum sebagai produk, sebagai program, sebagai hal yang diharapkan, dan sebagai pengalaman siswa (Nasution, 2003:9). Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Ali (2008:3) bahwa kurikulum dapat dikategorikan sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran, sebagai pengalaman belajar dan sebagai rencana belajar. Pendapat Ali cukup mengarahkan kepada kita bahwa kurikulum sebetulnya secara sempit hanya menyangkut rencana-rencana pembelajaran atau instruksional saja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan rencana-rencana yang menyangkut isi, tujuan dan bahan ajar serta cara pembelajarannya guna pencapaian tujuan pendidikan.

Pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Kurikulum ini adalah kurikulum resmi dari pemerintah yang dikeluarkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006. Kurikulum ini disebut KTSP yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dikatakan demikian karena pedoman umumnya mengacu pada kurikulum secara nasional namun pengembangan dan implementasiannya dilakukan oleh satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dari beberapa pendapat di atas maka pengertian kurikulum adalah suatu rencana berupa tujuan, strategi pembelajaran, materi, dan penilaian yang dirancang secara sistematis guna memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga ia dapat mengfungsikan dirinya untuk kepentingan dirinya dan masyarakat.

Pengertian kurikulum di atas akan mempermudah pembahasan evaluasi kurikulum berikut ini, karena pembahasan evaluasi kurikulum begitu luas. Dengan adanya pengertian kurikulum di atas maka diharapkan pembahasan berikut ini akan lebih terarah dan mudah dipahami. Evaluasi kurikulum atau penilaian kurikulum tidak hanya terbatas pada satu komponen saja, tetapi pada seluruh komponen yang meliputi tujuan, bahan, organisasi, metode, dan proses evaluasi itu sendiri (Ali, 2008:125)

Untuk mengartikan atau memahami apa itu evaluasi kurikulum bukanlah suatu hal yang mudah karena begitu luasnya evaluasi kurikulum tersebut. Hal ini berkaitan dengan kurikulum yang sedang berlangsung terus menerus dan begitu kompleks mulai dari yang bersifat formal sampai informal, seperti diungkapkan oleh Sukmadinata (2005:173) berikut ini.

Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangan pada tingkat yang sangat formal berbagai pengukuran berbagai bentuk kemajuan kea rah tujuan yang telah ditentukan. Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, , sara, fasilitas, dan sumber-sumber belajar, dan lain-lain. Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi: Objective, it scope, the quality of personal in charger of it, the capacities of the students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on (Taba, 1962:310)

Apa yang dikemukakan oleh Sukmadinata tersebut ternyata begitu luasnya evaluasi kurikulum. Namun Sukmadinata juga memberikan suatu pengertian evaluasi dalam arti sempit yang dikutipnya dari Wright (1966:303) seperti berikut ini ”curriculum evaluation may be difined as the estimation of the growth and progress of students toward objectives of values of the curriculum.

Apa yang dikemukakan Wright di atas merupakan evaluasi kurikulum dalam ruang lingkup siswa yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan yang telah ditentukan semula. Dari beberapa pendapat dan uraian di atas maka evaluasi kurikulum dapat diartikan secara sempit dan secara luas tergantung dari tujuan dari evaluasi itu. Evaluasi kurikulum secara luas meliputi tujuan, isi, strategi dan penilaian. Sedangkan evaluasi secara sempit adalah evaluasi terhadap bagian-bagian tertentu dari suatu kurikulum tersebut. Dari pendapat dan uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa evaluasi kurikulum adalah suatu kegiatan

Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Evaluasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai suatu proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru..

b. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.

Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.

c. Model-model Evaluasi Kurikulum

Ada beberapa model evaluasi kurikulum yaitu sebagai berikut (Sukmadinata, 2007: 185).

  • Evaluasi model penelitian
  • Evaluasi model objektif
  • Model campuran multivariasi

Evaluasi model penelitian

Model evaluasi kurikulum adalah model evaluasi yang menggunakan model penelitian yang didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis mempunyai dua bentuk yaitu tes inteligensi dan tes hasil belajar. Eksperimen lapangan adalah mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak, misalnya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Dari dua metode belajar yang berbeda inilah akan diketahui mana yang lebih menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang baik. Untuk dapat melaksanakan cara ini maka diperlukan persiapan yang matang, karena menyangkut metodologi penelitian. Cara ini mempunyai kelemahan di antaranya adalah

  1. hanya sedikit sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen,
  2. kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelas-kelas yang diuji,
  3. sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
  4. Ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen.

Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa evaluasi model penelitian memiliki kekuatan dan kelemahan. Namun sebetulnya model mana saja yang diambil adalah bagus asalkan sesuai dengan tujuan penggunaan.

Evaluasi model objektif

Evaluasi model obejektif atau model tujuan ini adalah suatu evaluasi yang dilakukan pada saat pengembangan kurikulum dan sesudah pengembangan kurikulum. Evaluasi pada saat pengembangan kurikulum sedang berjalan disebut juga evaluasi formatif, sedangkan apabila dilakukan sesudah pengembangan kurikulum disebut evaluasi sumatif. Adanya evaluasi formatif dan sumatif ini diharapkan dapat mengevaluasi kurikulum yang sedang dikembangkan dan telah selesai dikembangkan seperti juga dikemukakan oleh Posner (2004:241): ” Evaluation plays a formatif role when it occurs during the ongoing curriculum development process............Evaluation plays a summative role when it enables administrators to decide whether or not a curriculum is good enough to warrant institutional support.” Evaluasi model ini dirancang dalam suatu sistem instruksional dan berdasarkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Keberhasilan evaluasi ini ditandai dengan penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tertentu.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang model objektif yaitu sebagai berikut (Sukmadinata, 2005: 187):

  1. ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum,
  2. merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
  3. menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut dan
  4. mengukur kesesuaian antara prilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.

Berdasarkan uraian itu maka untuk melakukan evaluasi diperlukan perumusan tujuan tes. Perumusan tujuan tes ini berdasarkan ranah tertentu baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Umumnya ketercapaian suatu tujuan tes diwujudkan dalam skor, misalnya dianggap menguasai materi adalah 80. Dengan diketahuinya ketercapaian skor menunjukkan keberhasilan suatu kurikulum.

Evaluasi model campuran multivariasi

Evaluasi model campuran variasi adalah model evaluasi yang menggabungkan model penelitian dan model objektif. Dengan cara ini diharapkan akan dapat membandingkan lebih dari satu kurikulum dan secara bersamaan keberhasilan setiap kurikulum diukur berdasarkan kreteria khusus dari masing-masing kurikulum.

Langkah-langkah model multivariasi adalah sebagai berikut (Sukmadinata, 2007:188).

  1. Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/ diteliti.
  2. Pelaksanaan program.
  3. Penyusunan tujuan dan persiapan tes tambahan.
  4. Pengumpulan data atau informasi.
  5. Analisis data.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut tampak bahwa model multivariasi ini berbeda dengan model lainnya. Model ini memerlukan kerja ekstra karena berkaitan dengan dua penilaian atau evaluasi), di satu sisi mengukur perbandingan dan di sisi lain mengevaluasi kurikulum yang sedang dan telah berlangsung. Model ini sudah tentu mengalami sedikit kesulitan atau hambatan, seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007:188).

  1. Kesulitan memberikan tes statistik yang signifikan.
  2. Kesulitan menghitung data variabel yang begitu banyak, sedangkan kemampuan komputer terbatas.
  3. Kesulitan dalam pengolahan data perbandingan.

Kesulitan-kesulitan tersebut tentu merupakan masalah bagi pengembang kurikulum. Kalau melihat kesulitan itu nampaknya pada pemrosesan data atau penganalisisan data. Hal itu dapat terjadi karena begitu banyaknya variabel yang harus dianalisis.

Sebetulnya para ahli kurikulum telah mengembangkan model-model evaluasi ini. Pengembangan model ini sebetulnya disebabkan oleh keterbatasan masing-masing model. Pengembangan model yang lain seperti berikut ini (Sukmadinata, 2007:189)

  • EPIC (Evaluation Programs for Innovative Curriculum)
  • CEMREL
  • CDPP

Selain itu masih ada lagi model pengembangan kurikulum lainnya seperti berikut ini (Ansyar, 1989:139).

  • Model deskrepensi (dikembangkan oleh Provus tahun 1972)
  • Model Contenance (dikembangkan oleh Stake tahun 1967)
  • Model CIPP (dikembangkan oleh The Phi Delta Kappa National Sudy Commite on Evaluation tahun 1970)

C. KESIMPULAN

Ada beberapa model evaluasi kurikulum yaitu sebagai berikut.

  • Evaluasi model penelitian
  • Evaluasi model objektif
  • Model campuran multivariasi
  • EPIC (Evaluation Programs for Innovative Curriculum)
  • CEMREL
  • CDPP
  • Model deskrepensi (dikembangkan oleh Provus tahun 1972)
  • Model Contenance (dikembangkan oleh Stake tahun 1967)
  • Model CIPP (dikembangkan oleh The Phi Delta Kappa National Sudy Commite on Evaluation tahun 1970)

D. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2008. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.

Ansyar, Muhammad. 1989. Dasa-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.

------------..2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2006. Manjemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kelly, A.V. 2004. The Curriculum Theory and Practice. London: Sage Publications.

Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Posner, George J. 2004. Analyzing the Curriculum. Newyork.

Scott, David. 2001. Curriculum and Asessment. London: Ablex Publishing.

Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sina Baru Algensindo Offset.

Sukmadinata, Nana Syaodih.2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tirtarahardja, Oemar, La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger