Minggu, 25 Desember 2011

tugas kuliah (harmadi-derasid.blogspot.com)

Pengembangan Bahan Ajar

(Pembuatan Modul Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah MenengahPertama

Oleh : Harmadi

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Suatu pendidikan tidak dapat disebut sempurna apabila pembelajaran tidak mendapat perhatian. Suatu pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan bahan ajar kepada siswa, tetapi lebih dari itu. Suatu pembelajaran merupakan suatu sistem yang mempunyai kaitan antara yang satu dengan lainnya. Sistem pembelajaran disebut juga sistem instruksional. Sistem instruksional dikembangkan sedemikian rupa sehingga akan menjadi sistem pembelajaran yang utuh atau sempurna. Kaitan antara satu dan lainnya yang terdapat dalam sistem instruksional seperti di bawah ini. (Suparman, 2004:16).

  1. Identifikasi kebutuhan instruksional.
  2. Melakukan analisis instruksional.
  3. Mengidentifikasi prilaku dan karakteristik siswa.
  4. Menulis Tujuan Instruksional Khusus.
  5. Menulis tes acuan patokan.
  6. Menyususn strategi instruksional.
  7. Mengembangkan bahan instruksional.
  8. Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif

Dari urutan di atas, terlihat mengembangkan bahan instruksional merupakan urutan yang ke tujuh dalam suatu sistem instruksional. Dengan demikian pengembangan bahan instruksional atau bahan ajar adalah suatu kegiatan yang perlu dilakukan. Dengan adanya pengembangan bahan ajar ini diharapkan dapat menunjang sistem pembelajaran atau sistem instruksional secara umum. Selain itu dengan adanya pengembangan bahan ajar maka akan dapat membantu siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar dari suatu mata pelajaran memerluka ketelitian baik dalam pemilihan jenis bahan ajar maupun isi bahan ajar, apalagi pengembangan bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan bahan ajar ilmu pengetahuan sosial membutuhkan ketelitian guru karena Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk dapat mengembangkan bahan ajar mata pelajaran IPS maka perlu dikaji suatu cara pembuatan bahan ajar dengan betul. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan adalah bahan ajar dengan menggunakan modul. Modul selain untuk bahan ajar mandiri juga dapat untuk pembelajaran klasikal.

Dengan pembuatan bahan ajar yang betul, maka diharapkan dapat menyajikan suatu pembelajaran yang efkeitf dan efisien.

2. Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah

bagaimanakah cara membuat bahan ajar modul untuk mata pelajaran IPS SMP ?

3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan cara membuat bahan ajar modul untuk pembelajaran IPS SMP.

4. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai masukan bagi penulis dan rekan-rekan mahasiswa lainnya

a. untuk dijadikan wadah pengembangan berfikir, bersikap dan berprilaku ilmiah khususnya dalam bidang kependidikan.

b.untuk menambah wawasan ilmu kependidikan khususnya pengembangan bahan ajar modul.

5Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulis dan pembaca dalam memahami makalah ini maka disusunlah suatu sistematika pembahasan seperti di bawah ini.

  1. Pengertian pengembangan bahan ajar.
  2. Bentuk-bentuk Bahan Ajar
    • kegiatan instruksional dan Jenis-jenis pengembangan bahan ajar
    • bentuk bahan ajar.
  3. Cara pengembangan bahan ajar.
  4. Cara membuat bahan ajar modul mata pelajaran IPS SMP.

B. Pembahasan

1. Pengertian Pengembangan Bahan Ajar

Kata ”pengembangan” dapat diartikan sebagai suatu proses yang bergerak dari kecil ke besar, dari pendek ke tinggi dan sebaginya. Pengembangan merupakan proses yang terjadi pada suatu objek berupa perubahan yang terjadi pada diri objek seperti bertambah besar, bertambah luas, bertambah tinggi dan sebaginya. Pengembangan yang terjadi pada objek tertentu bukanlah perubahan yang tanpa sebab. Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan itu sudah tentu ada. Apabila kita kategorikan, maka ada yang disebabkan secara alami atau sifat aslinya suatu objek yang berkembang. Misalnya perkembangan kuncup menjadi bunga, petumbungan tunas menjadi daun, dahan dan sebagainya. Perkembangan tersebut dapat pula disebabkan secara sengaja oleh manusia dengan cara memberikan pupuk, sehingga perkembangan atau pertumbuhan suatu tanaman itu begitu pesat atau subur. Lain halnya dengan pengembangan yang terjadi pada bahan ajar. Pengembangan yang terjadi pada bahan ajar bukanlah perkembangan yang terjadi oleh bahan ajar itu sendiri, melainkan perkembangan yang dilakukan oleh manusia sebagai guru atau lainnya. Melalui tangan manusialah bahan ajar itu akan dapat berkembangan sesuai dengan perkembangan zaman, dan sesuai dengan bentuk pembelajaran.

Dick dan Carey (1978:127) mengemukakan bahan ajar ( instructional materials) sebagai berikut

The instructional materials contain the information, either written or mediated, which a student will use to achieve the objectives. This includes not only those materials for the major objectives, but also any remedial or enrichment materials. Instructional materials refer to any pre-existing materials which are being incorporated as well as those materials which will have to be specially written for the objectives.

Dari pendapat di atas maka bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2008:141): “bahan ajar atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu”. Selain itu ia juga mengatakan bahwa materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat pula dikatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar baik berupa bahan tertulis atau tidak tertulis. Jadi bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak untuk menciptakan suasana atau lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka pengembangan bahan ajar merupakan kegiatan memperluas, memperkaya seperangkat materi dengan cara disusun secara sistematis baik secara tertulis ataupun tidak tertulis untuk menciptakan kondisi belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Persoalan yang berhubungan dengan pengembangan bahan ajar ini adalah menyangkut isi bahan ajar atau cakupannya, kedalamnnya, teknik pengembangannya dan sebagainya. Dalam kesehariannya bahan ajar ini ada yang harus disiapkan oleh guru atau instruktur dan ada bahan ajar yang sudah siap digunakan. Pengadaan bahan ajar baik membuat sendiri ataupun menggunakan yang sudah ada pada dasarnya sebagai upaya untuk menjadikan kegiatan pembelajaran itu menjadi lebih sempurna dan bermakna.

Pengembangan bahan ajar tersebut merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran yang efektif. Bukan itu saja berkaitan dengan perencanaan bahan ajar juag berkaitan dengan penyiapan media pembelajaran karena keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, seperti dikemukakan oleh Moore (2005:111) sebagai berikut.

Essential to effective planning are the survey and preparation of available media and materials for instruction. Texbooks, audiovisual materials, supplementary reading materials, and supplies and aquipment for group and individual projects should be examined and coordinated with your lesson. Time spent on reviewing what is available in district will be time well spent. You should preview films and computer software, review printed materials, and learn to use the latest instructional technology. The Incorporation of a wide variety of instructional materials will improve your lessons and heighten students’ attention and interest. The use of videotapes, the Internet, and computer software in presenting examples and nonexamples of concepts, for instance, will serve as a lesson stimulus.

Moore mengaitkan bahan ajar dengan media pembelajaran dan minat siswa. Menurutnya bahan ajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari media pembelajaran. Bahan ajar dapat dikemas dan menggunakan berbagai media pembelajaran dalam penyampaiannya. Ini bukanlah suatu hal yang sis-sia, melainkan suatu hal yang bermanfaat untuk membangkitkan minat siswa, asalkan bahan ajar itu dikemas sedemikian rupa sehingga menarik perhatian dan akan memudahkan siswa dalam memahami bahan ajar. Dengan demikian bahan ajar tidak hanya dikemas dalam satui bentuk saja, tetapi dapat dikemas menjadi beberapa bentuk sesuai dengan karakteristik siswa dan karateristik bahan ajar tersebut, dan yang lebih penting adalah sesuai dengan desain pembelajaran yang diinginkan.

2. Bentuk-Bentuk Bahan Ajar

a. Kegiatan Instruksional dan Jenis-jenis Pengembangan Bahan Ajar

Suparman (204: 256-261) membagi bentuk kegiatan instruksional menjadi tiga yaitu:

a. Pengajar sebagai Fasilitator dan Mahasiswa Belajar Sendiri.

b. Pengajar sebagai Sumber Tunggal dan Mahasiswa Belajar Darinya.

c. Pengajar sebagai Penyaji Bahan Belajar yang Dipilihnya, disingkat Pengajar, Bahan, Siswa (PBS).

Apa yang dikemukakan oleh Suparman di atas bukan hanya sekedar adanya pembagian bentuk instruksional saja, tetapi menurutnya ada kaitan dengan bahan ajar yang akan digunakan atau dikembangkan. Dengan adanya bentuk instruksional yang akan digunakan menentukan pula jenis bahan instruksional yang akan dikembangkan. Ada tiga macam pengembangan bahan instruksional yang dikembangkan berdasarkan bentuk-bentuk instruksional di atas yaitu seperti berikut ini.

  1. Pengembangan bahan belajar mandiri.
  2. Pengembangan bahan pengajaran konvensional.
  3. Pengembangan bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa)

· Pengembangan Bahan Belajar Mandiri.

Pengembangan bahan belajar mandiri berkaitan dengan pengajar sebagai fasilitator. Dalam hal ini guru menggunakan bahan ajar yang didesain khusus untuk kepentingan pembelajaran. Bahan ajar yang didesain itu dirancang untuk belajar mandiri tanpa guru. Bahan ajar seperti ini dirancang sedemikian rupa sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya dan menjalankan evaluasinya. Tugas guru sebagai fasilitator di antaranya adalah mengontrol kemajuan siswa, memberikan motivasi, memberikan petunjuk pemecahan masalah siswa, dan mengadakan tes. Bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri dapat berupa bahan cetak, filem, kaset audio, program audio, slide, program video, televisi, komputer, modul, dan lain-lain (Suparman, 2004:257). Bahan ajar seperti tersebut di atas tidak hanya cocok untuk pembelajaran jarak jauh tetapi pembelajaran di kelas.

Untuk mengembangkan bahan ajar mandiri perlu mempedomani beberapa hal sebagai berikut (Suparman, 2004:263).

    1. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Kalimat yang ditulis hendaknya mengandung kejelasan sehingga siswa tidak perlu lagi mencari maksud tulisan itu.
    2. Dapat dipelajari sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Di dalam bahan ajar seperti itu perlu dilengkapi bagaimana langkah yang ditempuh oleh siswa guna mengikuti bahan ajar berikutnya.
    3. Dapat dipelajari oleh manusia menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
    4. Dengan bahan ajar itu pula siswa dapat melakukan dengan sendirinya terhadap latihan-latihan yang diberikan dalam bahan ajar tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka jelas sekali bahwa dalam mengembangkan bahan ajar untuk pembelajaran yang bersifat mandiri hendaklah mempertimbangkan kejelasan isi bahan ajar tersebut, mengingat tidak mungkin lagi siswa terlalu banyak bertanya mengenai isi bahan ajar tersebut. Untuk itu diperlukan kecakapan di dalam merancang dan membuat bahan ajar tersebut.

Untuk dapat membuat bahan ajar mandiri diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

  1. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang ada dan relevan dengan strategi instruksional. Bahan-bahan tersebut berupa buku, bab tertentu dalam buku, dan program media audiovisual.
  2. Mengadaptasikan bahan ajar tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri.
  3. Meneliti kembali isi bahan ajar tersebut agar konsisten.
  4. Meneliti kualitas teknis terhadap tiga hal yaitu:
    1. bahasa yang sederhana dan relevan,
    2. bahasa yang komunikatif, dan
    3. desain fisik yang menarik.

Bahan ajar yang telah dikumpulkan atau yang sudah ditemukan tersebut perlu disesuaikan dengan strategi pembel;ajaran yang telah dirancang semula. Kesesuaian antara bahan ajar dengan strategi pembelajaran merupakan kekuatan dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain kesesuaian itu perlu pula memperhatikan hal-hal teknis lainnya seperti bahasa dan penampilan bahan ajar. D engan cara ini diharapkan dapat menimbulkan ketertarikan sendiri bagi siswa yang akhirnya ,menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

· Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai satu-satunya sumber tunggal dapat disebut pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran seperti ini tidak memerlukan pengembangan bahan ajar, karena bahan ajar ada dalam otak seorang guru. Yang diperlukan oleh guru hanya garis-garis besar isi pelajaran, jadwal dan sebagainya. Selain itu guru juga perlu menyiapkan media yang relevan seperti bagan, gambar, dan sebagainya. Garis-garis besar isi pelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga menggambarkan program pembelajaran, dan program ini sebaiknya dibagikan kepada siswa. Berikut ini adalah langkah dalam pembuatan garis-garis besar isi mata pelajaran.

  1. Menulis deskripsi singkat isi mata pelajaran tersebut.
  2. Menulis topik dan jadwal pelajaran.
  3. Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya.
  4. Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.

Keempat unsur yang terdapat dalam garis-garis besar di atas perlu dirumuskan dengan sebaik-baiknya sehingga melalui garis-garis besar itu akan mempermudah siswa dalam memahami materi pokok pembelajaran dan rinciannya baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar.

· Pengembangan Bahan Pelajaran PBS

Pembelajaran dengan cara PBS memerlukan pengembangan bahan PBS pula. Umumnya bahan ajar dikumpulkan dari lapangan tanpa harus mengubahnya, asalkan bahan ajar tersebut relevan dengan strategi instruksional. Bahan tersebut dapat berupa bahan cetak dan audiovisual. Untuk mengembangkan bahan ajar tersebutapa langkah yang dilakukan sepeti yang dikemukakan oleh Suparman (2004:268).

  1. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan tersebut dapat berbentuk media cetak dan audiovisual.
  2. Meyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan yang terdapat dalam strategi instruksional.
  3. Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutupi dengan penyajian pengajar.
  4. Menyusun program pengajaran.
  5. Menyusun petunjuk cara penggunaan bahan instruksional yang dibagikan kepada siswa.
  6. Menyusun bahan lain apabila masih diperlukan yang berupa transparansi, gambar, bagan dan sebagainya.

b. Bentuk-bentuk Bahan Ajar

Dari ketiga bentuk instruksional dan pengembangan bahan ajar di atas maka tampak jelas bahwa bahan ajar yang dibuat atau dikembangkan sangat tergantung dari bentuk instruksional yang akan dilakukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No.

Bentuk Kegiatan Instruksional

Jenis pengembangan bahan Ajar

Contoh Bentuk Kemasan Bahan Ajar

1.

Guru sebagai fasilitator

Pengembangan bahan belajar mandiri

Bahan cetak, LKS, filem, kaset audio, CD, modul cetak dan CD, program radio, slide, program video, televisi, komputer, dll.

2.

Guru sebagai sumber tunggal

Pengembangan bahan ajar konvensional.

Tidak ada bahan ajar, yang ada hanya garis-garis besar bahan ajar.

3.

Guru sebagai penyaji bahan ajar

Pengembangan bahan ajar PBS (pengajar, Bahan, Siswa)

Bahan cetak, LKS, filem, kaset audio, CD, modu cetak dan CDl, slide, program video, komputer, dll.

Sebetulnya antara bahan ajar mandiri dan PBS hampir sama saja, perbedaannya terletak kejelasan pedoman yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Maksudnya di dalam bahan ajar tersebut terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas seperti cara menggunakan modul, cara melakukan tes secara mandiri, dan sebagainya. Jadi bahan ajar seperti itu sudah dirancang bahwa pembaca atau pengguna bahan ajar tersebut cukup jelas dan tidak perlu banyak bertanya karena ketidakjelasan petunjuk. Sedangkan di dalam bahan ajar PBS ada kemungkinan adanya petunjuk yang tidak jelas dan memerlukan bantuan guru untuk menjelaskannya. Ini memang dirancang bahwa bahan ajar tersebut memerlukan orang lain untuk memperjelasnya yaitu guru. Perbedaan lain terletak pada jenis bahan ajar, pada bahan ajar mandiri terdapat program radio dan televisi yang memang cocok untuk pembelajaran jarak jauh. Sedangkan pada PBS tidak mungkin menggunakan bahan ajar melalui siaran radio atau televisi, karena bahan ajar PBS menginginkan kehadiran guru untuk menjelaskannya.

Apabila dirinci lebih jauh maka bentuk-bentuk bahan ajar akan nampak peggolongannya sebagai berikut.

  1. Bahan ajar cetak: buku teks, diktat, Lembar Kerja Siswa (LKS), hand out, modul, dan sebagainya.
  2. Bahan ajar yang diproyeksikan melalui OHP (Overhead Proyector): lembar transparan, video, filem, dan sebagainya.
  3. Bahan ajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi: CD pembelajaran, CD interaktif, program power point, flash player, website, blog, moodle, dan sebagainya.
  4. Bahan ajar audio : radio, kaset dan sebagainya.
  5. Bahan ajar audio visual: televise, dan sebagainya.

Untuk dapat menggunakan atau membuat masing-masing bahan ajar tersebut, maka seorang guru harus mempunyai keahlian dalam merancang dan membuat bahan ajar tersebut. Apabila seorang guru tidak dapat membuat bahan ajar tersebut maka ia harus berusaha mengadakannya untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Namun sebagai seorang guru setisaknya dapagt merancang bahan ajar yang sederhana seperti modul atau LKS, namun tidak menutup kemungkinan kalau memang dapat membuat bahan ajar berbasis komputer dan sebagainya.

3. Cara Mengembangkan Bahan Ajar.

Dalam mengembangkan bahan ajar ada beberpa hal yang perlu diperhatikan:

  1. hakekat dan karakteristik bahan ajar
  2. sumber bahan ajar dan c. cara pengemasan bahan ajar

a. Hakekat dan karakteristik bahan ajar.

Bahan ajar merupakan isi dari sebuah kurikulum. Bahan ajar merupakan bagian penting dari pencapaian tujuan pembelajaran. Apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila adanya bahan ajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan itu. Bahkan keberhasilan pembelajaran tergantung dari seberapa besar bahan ajar yang dapat diserap oleh siswa. Dengan demikian bahan ajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya.

Apabila dilihat dari taksonominya, bahan ajar dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) (Sanjaya 2008:142). Pengetahuan adalah bahan ajar yang berkaitan dengan kognitif atau pemahaman. Keterampilan adalah bahan ajar yang berkaitan dengan psikomotor, dan sikap berkaitaan dengan afektif. Di samping jenis-jenis itu, bahan ajar yang menjadi inti pembelajaran itu sebetulnya memiliki empat karakteristik, seperti yang dikemukakan Merril dalam Sanjaya (2008:142) berikut ini: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip .

Rokhman (2004:10-11) memberikan pemahaman yang begitu jelas tentang fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Menurutnya fakta dapat berupa nama objek, nama tempat, nama organisasi, peristiwa sejarah, jenis barang, dan lain-lain. Sementara itu konsep meliputi

definisi, pengertian, hakikat. Sedangkan prinsip dapat berupa rumus, dalil, paradigma. Ia mengartikan prosedur sebagai langklah-langkah yang harus dikerjakan secara urut.

Sanjaya menambahkan satu lagi karaketeristik bahan ajar yaitu keterampilan. Dengan demikian ada lima karakteristik bahan ajar (Sanjaya, 2008:144-145)

yaitu :

  1. fakta b. Konsep c. Prinsip d. prosedur, dan e. keterampilan

Menurutnya keterampilan merupakan bahan ajar yang menampilkan cara membuat suatu karya, jadi hasilnya dapat berupa hasil karya siswa, misal membuat puisi, merangkai listrik paralel, dan sebagainya. Kelima karakteristik itu sudah sepantasnya diketahui dan dikuasai oleh guru dalam pembelajaran.

Dengan mengetahui taksonomi dan karakteristik bahan ajar, maka bahan ajar yang dikembangkan itu harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan desain pembelajaran yang telah ditetapkan, selain itu pula perlu pula mempertimbangan siswa yang kita ajar atau kita latih. Ini berkaitan dengan usia siswa yang secara psikologis akan berbeda dalam menerima ransangan atau bahan ajar yang diberikan. Untuk itu bahan ajar yang dikembangkan diharapkan dibuat seefektif mungkin.

b. Sumber bahan ajar

Sumber-sumber bahan ajar yang dapat digunakan untuk pembelajaran seperti berikut ini (Sanjaya, 2008: 147-149).

  1. Tempat atau lingkungan, yaitu lingkungan yang memang didesain untuk pembelajaran seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan sebagainya, ataupun lingkungan yang tidak didesain seperti halaman sekolah, taman, kantin. Dan sebagainya.
  2. Orang atau nara sumber, yaitu orang atau nara sumber yang berkaitan dengan bahan ajar, seperti tenaga medis, polisi, dan sebagainya.
  3. Objek, adalah benda yang sebenarnya yang merupakan sumber informasi yang dapat memperjelas pemahaman siswa tentang objek tersebut.
  4. Bahan cetak dan nncetak. Bahan cetak merupakan bahan ajar yang berasal dari hasil cetakan seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan noncetak merupakan bahan ajar yang dikemas dalam alat komunikasi elektronik seperti kaset, CD, komputer dan sebaginya.

Keempat sumber di atas dapat dijadikan bahan ajar. Bahan tersebut merupakan bahan yang sudah jadi dan guru tinggal menggunakannya. Namun tidak tertutup kemungkinan guru dapat membuat sendiri. Bahan ajar tersebut dapat dikemas lagi agar menjadi lebih menarik. Pengemasan ini merupakan bahasan tersendiri mengingat tujuan dari pengemasan itu. Ada kemasan bahan ajar yang memang khusus untuk pembelajaran mandiri, seperti modul. Ada pula bahan ajar yang dikemas hanya sebagai bahan penunjang, artinya keterangan jelas menganai bahan itu masih harus mendapat penjelasan dari guru. Ada pula jenis sumber bahan ajar yang tidak dirancang untuk pembelajaran tetapi dapat dijadikan bahan ajar misalnya filem dokumenter di televisi, berita di radio, artikel di majalah atau koran, dan sebagainya.

c. Cara pengemasan bahan ajar.

Pengemasan bahan ajar memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh mengingat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan bahan ajar ini. Sebelum pengemasan bahan ajar perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam penentuan bahan ajar yaitu relevansi, konsistensi, dan adequasi (Rokhman, 2004:11). Relevansi adalah kesesuaian bahan ajar dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai. Konsistensi merupakan kemantapan atau kekonsistenan antara bahan ajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Seedangkan adequasi adalah kecukupan bahan ajar atau cakupan bahan ajar yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

Selain prinsip dalam penentuan bahan ajar perlu juga diperhatikan dalam mengurutkan bahan ajar agar sesuai dengan tahap proses berfikir siswa. Untuk itu perlu mempertimbangkan pendekatan yang digunakan, misalnya secara prosedural, yaitu bahan ajar disusun dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang kongkrit ke yang abstrak, spiral, tematis, hirarkis, terpadu, terhjala dan lain-lain (Rokhman, 2004:12).

Penentuan bahan ajar dan pengurutkan bahan ajar merupakan suatu hal yang pening, namun di samping itu perlu pula memilih bahan ajar dengan mempertimangkan hal-hal berikut (Heinich, 1982:44) seperti berikut ini..

· The characteristics of the learners.

· The nature of the objectives.

· The Instructional approach.

· The constraints of the instructional situation.

Selain Rohkman, ada pendapat yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008;150) bahwa agar pesan yang disampaikan bermakna, maka ada sejumlah kreteria yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.

· Novelty yaitu bahan ajar tersebut agar digunakan yang baru atau mutakhir.

· Proximity yaitu bahan ajar yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa.

· Conflict yaitu bahan ajar yang disajikan bersifat pertentangan atau konflik, sehingga akan memancing emosuional siswa dan saat itulah siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut.

· Humor, yaitu pengemasan bahan ajar dengan sedikit lucu untuk menarik perhatian siswa.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengemasan bahan ajar harus memperhatikan prinsip penentuan bahan ajar, mengurutkan bahan ajar dan upaya yang dilakukan agar bahan ajar tersebut dapat lebih bermakna. Hal ini perlu diperhatikan mengingat begitu besarnya pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pengemasan bahan ajar yang baik, selain akan meningkatkan minat siswa juga akan meningkatkan motivasi siswa yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan begitu pentingnya pengemasan bahan ajar ini maka Sanjaya (2008:151-152) memberikan beberpa pertimbangan teknis dalam mengemas bahan ajar agar dapat menjadi bahan ajar yang bermutu.

Ø Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai.

Ø Kesederhanaan.

Ø Unsur-unsur desain pesan.

Ø Pengorganisasian bahan

Ø Petunjuk cara penggunaan.

Bahan ajar yang dibuat hendaknya ada kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, baik itu tujuan pembelajaran umum (Standar Kompetensi) dan tujuan pembelajaran khusus (Kompetensi Dasar dan Indikator). Selain itu bahan ajar yang dibuat atau disajikan hendaknya sederhana baik isi, contoh maupun bahasa yang mudah dimengerti atau mudah dipahami. Selain itu dalam pengemasan bahan ajar diupayakan untuk menampilkan gambar-gambar sebagai unsur desain pesan. Pengorganisasian bahan ajar menjadi penting pula karena pengorganisasian bahan ajar ini akan mempermudah siswa dalam membangun pola pikirnya atau memudahkan siswa merekonstruksi bahan ajar yang diperolehnya. Cara yang dilakukan adalah dengan mengurutkan bahan ajar dari yang sederhana ke yang lebih kompleks dan adanya penguraian bahan ajar sampai materi yang sekecil-kecilnya. Suatu hal yang tidak kalah pentingnya adalah adanya petunjuk penggunaan terutama bahan ajar modul, CD interaktif atau pembelajaran melalui kaset.

Bedasarkan uraian di atas maka pengembangan bahan ajar mencakup

Ø judul, mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tempat.

Ø Petunjuk belajar untuk siswa dan guru.

Ø Tujuan yang ingin dicapai.

Ø Latihan-latihan, petunjuk kerja dan penilaian.

Berbicara tentang petunjuk belajar untuk siswa dan guru, memang sebaiknya bahan ajar yang dikemas dalam modul atau yang lainnya memiliki buku petunjuk untuk siswa dan untuk guru. Petunjuk untuk siswa berisi petunjuk penggunaan bahan ajar, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap unit atau bab. Selain itu petunjuk-petunjuk lain harus jelas seperti cara mengerjakan tes dan sebaginya. Buku petunjuk guru berupa petunjuk pemberian motivasi, petunjuk penyajian bahan ajar dan pembimbingan., petunjuk tes dan penilaian.

Untuk dapat menyusun bahan ajar maka sebaiknya memperhatikan alur analisis penyusunan bahan ajar berikut ini.

Materi

Pembelajaran


Berdasarkan skema di atas maka langkah awal adalah menetapkan standar kompetensi atau pokok bahasan, selanjutnya menetapkan kompetensi dasar atau subpokok bahasan yang mana yang akan diambil. Tahap selanjutnya adalah menentukan materi apa yang akan dijadikan bahan ajar. Sebagai tindak lanjutnya adalah menentukan kegiatan pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan. Akhir dari urutan tersebut baru menentukan bahan ajar berbentuk apa yang akan dipilih, apakah menggunakan LKS, modul, kaset, komputer atau apa ?

Berdasarkan semua uraian di atas maka dapatlah dibuat alur pengembangan bahan ajar seperti beikut ini.


Rounded Rectangular Callout: Taksonomi: kognitif, afektif, psikomotor  Rounded Rectangular Callout: Kreteria bahan ajar: novelty, proximity, conflict, humorRounded Rectangular Callout:        Sumber Bahan ajar Rounded Rectangular Callout: Prinsip: relevansi, konsistensi, dan adequasi  Rounded Rectangular Callout:        Karakteristik -fakta, konsep, -prosedur, prinsip -keterampilan

Apa Kreterianya ?

Flowchart: Alternate Process: Buat Sendiri Rectangular Callout: Modul LKS Kaset CD Buku Dll. Flowchart: Decision: Cari ?

Tidak Tersedia

Tersedia: pilih yang sesuai

`

Rounded Rectangular Callout: Pertimbangan lain: sesuai dengan tujuan, sederhana, desain pesan, pengorganisasian bahan dan petunjuk penggunaan


Dari alur yang di atas tampak jelas urutan-urutan yang harus dilalui oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mulai dari melihat tujuan pembelajaran sampai dengan penentuan bahan ajar. Namun alur itu bukanlah suatu hal yang mutlak harus dilalui persis sama. Ada kalanya seorang guru tidak memulai dari tujuan pembelajaran. Misalnya seorang guru menemukan sebuah bahan ajar atau membuat sendiri bahan ajar yang menurut pertimbangannya layak dijadikan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, maka langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan sebagainya. Jadi nampaknya alur seperti ini adalah alur terbalik dari yang dikemukakan di atas. Dalam hal ini diperlukan kecermatan guru untuk meneliti lebih lanjut mengenai bahan ajar yang dia dapatkan itu.

Flowchart: Card: Memenuhi kreteria sbg bahan ajarFlowchart: Card: Cocok dengan taksonomiFlowchart: Card: Cocok dengan karakteristik siswaFlowchart: Card: Cocok dengan tujuanRight Arrow: Pertimbangan, apakah cocok untuk digunakan ?Flowchart: Card: Dan sebagainyaCube: Bahan AjarKalau digambarkan alurnya maka akan tampak seperti berikut ini.

Dengan cara tersebut di atas, maka suatu bahan ajar yang sudah jadi dapat sebagai bahan ajar yang memenuhi syarat atau standar dan dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

4. Pembuatan Modul IPS Terpadu SMP

a. Pengertian dan fungsi modul

Untuk membuat sebuah modul maka terlebih dahulu perlu dipahami pengertian modul. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara evaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya, atau bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri (Dikmenum). Dari pengertian itu maka fungsi modul adalah sebagai bahan pembelajaran pada belajar mandiri. Walaupun sebetulnya modul dikembangkan untuk belajar mandiri namun juga dapat dipakai untuk pembelajaran di dalam kelas.

b. Ciri-ciri modul

Perbedaan modul dengan bahan ajar lainnya, selain sebagai bahan ajar pada pembelajaran mandiri, modul juga berisi petunjuk pemakaian modul, petunjuk evaluasi, bahkan dirancang agar siswa dapat mengukur sendiri hasil belajarnya (self assessment). Selain itu bahan ajar yang terdapat di dalam modul dijabarkan secara detail per unit dan utuh. Modul yang dikembangkan dengan cara manual atau multimedia tidak harus tergantung pada media lain. Ciri lain adalah modul hendaknya memiliki daya penyesuaian yang tinggi terhadap perlkembangan ilmu dan teknologi dan memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Dalam penggunaan huruf, spasi dan tata letak hendaknya perlu menjadi perhatian yang seirus, karena apabila bagian ini tidak beres maka akan dapat mengganggu pemakai (siswa dan guru). Dalam penulisan modul hendaknya tidak hanya penuh dengan kalimat-kalimat, tetapi juga perlu dilengkapi dengan grafik, bagan, gambar dan sebagainya.

c. Tujuan penulisan modul

Tujuan penulisan modul adalah sebagai berikut (Dikmenum).

  • Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
  • Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera baik siswa ataupun guru.
  • Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

d.Langkah-langkah penyusunan modul

Langlah-langkah penyusunan modul adalah seperti berikut ini.

  1. Tahap persiapan
  2. Tahap penyusunan.
  3. Tahap validasi atau penyempurnaan.

Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah mengkaji KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan cara mempelajari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Selain itu juga pengumpulan bahan-bahan yang dapat dijadikan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah menentukan judul modul. Judul modul perlu dibuat sehingga mencerminkan bahan ajar yang disampikan.

Setelah langkah pertama dilakukan, maka berikutnya adalah langkah kedua. Pada langkah kedua ini modul mulai disusun dengan mengidentifikasi kompetensi dasar, aspek-aspek bahan ajar dan kegiatan pembelajaran. Sebagai langkah terakhir dalam tahap penyusunan modul adalah penysunan draft modul.

Tahap akhir adalah menguji validitas draft modul. Apabila terdapat kekeliruan maka segera dilakukan revisi.. Draft yang telah direvisi tersebut dapat disebut modul.

Dalam proses menguji validitas termasuk juga edit terhadap modul teersebut. Dalam proses pengeditan perlu melihat sisi bahasa dalam modul itu, misalnya pola kalimat, struktur kalimat, alenia, paragraf dan sebagainya. Selain itu pula perlu melihat ilustrasi seperti foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dan sebagainya.

d. Kerangka Modul

Modul yang akan dibuat perlu dibuatkan kerangkanya. Berikut ini adalah kerangka modul dari mata pelajaran IPS Terpadu SMP Kelas VIII semester ganjil.


Kerangka modul di atas bukanlah asal buat atau asal jadi saja, melainkan melalui proses. Proses yang dilalui mulai dari tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum seperti yang telah dijelaskan pada bagian atas makalah ini. Contohnya sebagai berikut.

Kerangka modul tersebut bukanlah asal jadi saja tetapi melalui proses seperti berikut ini.


Memahami permasalahan - Mendeskripsikan kondisi - Letak Geografis

Sosial berkaitan dengan wilayah dan penduduk Indonesia

Jumlah penduduk

Materi

Pembelajaran


Strategi Pembelajaran:

-Pendekatan

- Metode

-Media

Letak Geografis

Indonesia


Dengan adanya langkah-langkah itu dijarapkan modul yang dibuat akan dapat bergfungsi dalam pembelajaran. Keberfungsian itu akan terlihat dari kesesuaian dengan kurikulum, kararkteristik siswa, pendekatan, metode, dan media.

4.Kesimpulan

Untuk dapat membuat modul maka langlah-langkah yang harus ditempuh adalah seperti berikut ini.

    1. Tahap persiapan
    2. Tahap penyusunan.
    3. Tahap validasi atau penyempurnaan.

Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah dengan cara mempelajari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Selain itu juga pengumpulan bahan-bahan yang dapat dijadikan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah menentukan judul modul. Judul modul perlu dibuat sehingga mencerminkan bahan ajar yang disampikan.

Pada langkah kedua ini modul mulai disusun dengan mengidentifikasi kompetensi dasar, aspek-aspek bahan ajar dan kegiatan pembelajaran. Sebagai langkah terakhir dalam tahap penyusunan modul adalah penysunan draft modul. Modul ysng sudah berupa draft diuji validitasnya. Apabila terdapat kekeliruan maka segera dilakukan revisi.. Draft yang telah direvisi tersebut dapat disebut modul.

Dalam proses pengeditan perlu melihat sisi bahasa dalam modul itu, misalnya pola kalimat, struktur kalimat, alenia, paragraf dan sebagainya. Selain itu pula perlu melihat ilustrasi seperti foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dan sebagainya.

5. Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah Jilid 1. Jakarta: PT. Binatama Raya.

Carey, Lou, Walter Dick. 1978. The Systematic Design of Instruction. Scott: Foresman and Company.

Dikmenum. 2007. Sosialisasi KTSP. Jakarta: dikmenum.go.id. diakses tanggal 10

April 2009.

Heinich, Robert, Michael Molenda, James D. Russel. 1982. Instructional Media.

Canada: John Wiley and sons. Inc.

Moore, Kenneth D. 2005. Effective Instructional Strategies From Theory to

Practice. California: Sage Publications. Inc.

Rokhman, Nur. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasinal.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Suparman, Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Umasih, dkk. 2006. IPS Terpadu untuk SMP Kelas VIII. Bandung: Ganeca Exact.

-------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger